Saturday, July 10, 2010

My Son My Daughter



Aku menemukannya lagi, sebuket bunga mawar merah di depan kamar apartemenku. Sudah tiga hari ini seseorang mengirimkannya padaku. Ia tidak menyebutkan namanya. Ia hanya menulis aku mencintaimu disetiap kartu yang terselip di bunga itu.
Aku membawanya masuk ke dalam.

”Ayah, mengapa kau terus membeli bunga ?” tanya anakku Jung In sambil merapikan dasi sekolahnya di depan kaca.
”Bukan, ayah tak membelinya. Ini sebuah hadiah.” jawabku masuk ke dapur.

Namaku Kangin, aku seorang duda beranak dua. Anakku laki-laki dan perempuan. Siwon dan Jung In. Siwon telah memasuki sekolah menengah pertama dan Jung In masih kelas 4 SD. Aku ditinggal mati istriku karena penyakit kanker nya yang sangat parah dua tahun yang lalu.

”Jung In ah, Siwon ah, sarapannya sudah siap.” aku meletakkan tiga piring nasi goreng di atas meja. Jung In masuk ke dapur dan duduk.

“Mana oppa mu?” tanyaku meminum kopi.
”Di kamarnya, kurasa belum bangun.”
”Apa ? Aish, jam berapa ini !” aku berjalan ke kamarnya. Benar kata Jung In, bocah tengik itu masih terlelap di atas kasur. Aku mendekatinya pelan.
”Siwon ah, jam berapa ini ?” aku memulainya dengan mengguncang tubuhnya

Tak berhasil, lalu aku mengambil seember air di kamar mandi di depan kasurnya. Aku menghitung dalam hati

Satu, dua, tiga

”Ah ! Apa yang ayah lakukan ?” cara ini kembali berhasil setelah beberapa hari ini tak kulakukan.
”hahaha, siapa suruh kau masih saja terlelap. Kau bisa terlambat. Sana mandi !” aku memukul kepala Siwon yang basah. Lalu keluar.

”Ayah menyiram Siwon oppa lagi ?” tanya Jung In saat melihat aku tertawa sepanjang berjalan.
”Ya, hanya cara itu yang bisa kulakukan agar bocah itu bangun.”

Tak berapa lama Siwon turun. Ia sudah rapi dengan seragamnya, aku tertawa melihatnya.
”Wae ? kau puas ?” muka Siwon benar-benar sangat lucu saat mengatakannya.
”Sudah kukatakan jangan terlalu larut tidur dan jangan terlambat bangun lagi. Aku sudah mencoba metode lembut untukmu, kau malah tidur makin lelap. Makanya aku melakukannya.” aku kembali tertawa sembari memakan nasiku.
”Aish ! Terserah padamu, ayah ” Siwon tampak ngambek.
”Hahaha, sudahlah. Cepat makan. Aku menunggu kalian di depan.”

Setelah semua masuk ke dalam mobil aku menjalankan mobil itu menuju ke sekolah kedua anakku ini. Namun, ditengah perjalanan aku dihadang dua mobil di depan. Jung In terlihat takut, Siwon menenangkannya. Beberapa orang keluar dari kedua mobil itu. Mereka mengetuk kaca pintu mobilku, aku mencoba tenang dan membukanya.

”Bosku ingin bertemu denganmu. Ia ada didalam mobil itu.” lelaki berambut gondrong itu menunjuk salah satu mobil di depan.
”Aku akan menemuinya, tapi jangan menyentuh anakku ! Siwon ah, jaga adikmu. Ayah akan baik saja.” aku turun dari mobil.
”Kangin, kau masih ingat aku ?” bos yang mereka maksud adalah seorang wanita. Aku duduk di sebelah wanita itu. Ia berpakai seperti bos gangster. Hitam hitam dari atas hingga bawah. Aku bingung, aku bahkan tak mengenalnya.
”Siapa kau ?” aku duduk menjauh darinya, karena tangannya memegang tanganku.
”Kau lupa ? aku membenci istrimu, Han Gyeon.” wanita itu tersenyum licik.
”Kau, San Hae. Kim San Hae ?” aku mulai mengingatnya. Wanita yang pernah hampir menjadi istriku.
“Tak kusangka kau masih mengingatku, Kang In ah~” dia duduk mendekat lagi.
“Ada apa kau mencariku ?”
“Kita bisa memulai semua kembali seperti dulu.” San Hae melepas kacamatanya.
“Kau sudah gila ? Aku masih kehilangan Han Gyeon dan aku masih ingin menjaga anak-anakku.”
“Aku bisa menggantikan Han Gyeon dan menjaga anak-anakmu dengan sepenuh hati.” mukanya memelas.
“Aku tak yakin. Kau wanita kasar, tak mungkin kau bisa menjaga anak-anakku. Sudahlah, San Hae ah. Aku harus bekerja dan tak ada waktu berdebat denganmu.” Aku menolaknya halus.
“Kau ! Ayolah, Kangin ah. Kita masih bisa ulang semua. Aku sudah menghilangkan kebiasaan-kebiasaan burukku yang kau jadikan alasan untuk meninggalkanku dan memilih menikah dengan wanita bodoh seperti Han Gyeon.” Aku menampar San Hae. Aku tak pernah bisa terima seseorang menghina istriku.
“Kau !” San Hae mendekatiku, aku rasa dia akan memukulku. Aku mencoba memundurkan dudukku. Wanita gila itu memegang leherku dan dia menciumku. Aku kaget dan dengan sekuat tenaga melepas ciumannya. Ia terus memaksa hingga akhirnya aku bisa melepas dan aku menendangnya ke belakang lalu aku turun. Sialnya, pintu terkunci. Dia mengambil pemukul dan memukulku. Semua gelap

To Be Continued

Thx for reading
BBU
고마워 !

blogger-emoticon.blogspot.com

No comments:

Post a Comment