Sejak saat itu, aku tak pernah melihat tanda-tanda kedatangannya, siapa lagi kalau bukan Donghae. Aku rasa ia sudah menemukan seseorang yang lebih normal dariku. Sudah dua hari ini dia tak menjengukku. Aku berusaha bersikap tenang, namun sebenarnya jauh di dalam hatiku aku merindukannya. Aku tahu aku sangat munafik, tapi aku tak ingin egois dan membuatnya menderita bila bersamaku. Mungkin lebih baik dia bersama yang lain. Kesehatanku semakin menurun. Aku semakin sering merasa mual dan merasakan sakit kepala yang luar biasa. Cuci darah terus kulakukan secara rutin. Keuangan kami semakin menurun. Aku harus melakukan ini hingga ada yang mau menyumbangkan ginjalnya untukku.
“Aku ingin ke gereja.” aku mengatakannya pada ibu, ibu tampak terkejut. Ntahlah, aku merasa aku perlu mendekatkan diri pada Tuhan.
Ibu mengantarku ke gereja di dekat rumah sakit, ia mengantarku dengan mendorong kursi roda. Cukup lama kami berjalan, akhirnya aku melihat gedung itu, gedung yang sudah lama tak pernah lagi kudatangi. Aku merasa sangat berdosa. Aku menitikkan air mataku. Ibu mendorongku masuk ke dalam, setelah sampai di depan aku mulai berdoa. Aku berdoa akan kesembuhanku, aku berdoa atas semua dosaku agar diampuni dan aku berdoa untuk dia. Lee Dong Hae, lelaki yang sangat aku cintai. Aku mulai mengeluarkan semua apa yang sedang kurasakan. Aku takut akan kematian, aku takut akan kehilangan semua yang berharga, aku takut ibuku akan sedih, dan aku tak mau meninggalkan ini semua. Aku ingin sembuh.
“Sudah ?” ibu melihatku keluar. Aku mengangguk, ia mengantarku kembali ke rumah sakit.
“Ibu, aku menyayangimu.” Ibu berhenti dan memelukku. Kami menangis di tengah perjalanan.
“Kau pasti sembuh.” Ibu mencoba menyemangatiku.
Aku berbaring lagi setelah sampai di kamarku. Ibu keluar karena ada telepon yang masuk. Mungkin dari temannya.
“Sa Jin ah, ada yang ingin mendonorkan ginjalnya padamu.” Ibu tersenyum, aku terkejut.
“Jeongmal ? siapa, bu ?”
“Ntahlah. Ia baru saja meneleponku tadi. Istirahatlah, aku akan memberitahu dokter.”
***
“Nona Kang Sa Jin” dokter Choi memanggilku.
“Ya” aku mengucek mataku.
“Kau sudah siap ? hari ini kami akan melakukan operasi untukmu.”
“Secepat ini ?” tanyaku masih sedikit kaget.
“Yah, jika tidak keadaanmu bisa semakin memburuk.”
“Boleh aku bertemu dengan orang yang mendonorkan ginjalnya ?”
“Yah, dia ada di luar. Akan kupanggil masuk.” Dokter Choi keluar.
Aku merapikan rambutku. Aku sangat senang, akhirnya bisa juga terlepas dari penyakit ini.
“Sa Jin ah” aku tak percaya, orang itu adalah Donghae. Ia yang akan mendonorkan ginjalnya untukku, aku menatapnya dengan tatapan tak percaya.
“Mengapa kau…”
“Aku ingin kau sembuh dan bertahan, dan kita bisa bersama seperti dulu.”
“Aku, aku…” aku benar tak bisa mengatakan apapun, lelaki ini benar-benar tulus mencintaiku. Ia rela melakukan apapun untukku. Apa yang harus kulakukan ?
“Sudah siap ?” dokter datang beserta dengan suster, aku dan Donghae dibawa ke ruangan operasi. Setelah dibius, aku tak tahu apa yang terjadi. Semua hitam dan aku tertidur.
To be continued
Thx for reading
BBU
고마워 !
No comments:
Post a Comment