Saturday, July 10, 2010

My Son My Daughter Part 2


Aku terbangun, aku sudah berada di mobil dan Siwon tertidur di perutku. Ada luka memar di wajah dan tangannya. Aku melihat sekeliling, aku mencari Jung In. Dia tak ada. Ada sesuatu di kepalaku, aku menyentuhnya sangat lengket. Aku melihat kaca, ternyata darah.

“Ayah.” Siwon terbangun.
“Ya. Dimana Jung In, dan mengapa wajahmu luka begitu ?”
“Jung In dibawa lelaki besar itu. Aku sudah mencoba melawan mereka. Tapi, mereka sangat kuat dan banyak.”
“Apa ?” badanku seketika lemas. San Hae menculiknya.
”Mereka menjatuhkan ini di atas kaca depan tadi.” Siwon memberikan sebuah kartu padaku.

’Aku akan menculik anakmu hingga kau mau menerimaku menjadi istrimu.’

Tak berapa lama telepon masuk.

”Kang In ah, kau sudah sadar ? Anakmu bersamaku sekarang. Kau masih bisa merubah pikiranmu sebelum aku mengirimkannya bertemu dengan Han Gyeon.” San Hae tertawa.
”Dimana anakku ?” suaraku mulai emosi.
”Dia berada di rumahku. Dia sedang kusekap, keringatnya sangat banyak...”
”Rumahmu masih yang dulu ? aku akan kesana !” aku mematikan telepon lalu ngebut menuju ke rumah wanita gila itu. Rumahnya cukup besar, namun tak sesepi dulu. Banyak pengawal yang berjaga. Aku mencoba memarkir jauh dari rumahnya. Aku turun.
”Tunggulah disini.” pesanku pada Siwon.
”Aku mau ikut denganmu, Yah.”
"Tidak, ini berbahaya"
"aku ingin menyelamatkan Jung In !" mata Siwon berkaca-kaca. Akhirnya aku memperbolehkannya ikut denganku.

Lima pengawal mendekati kami, untung saja aku memasukkan Siwon ke kelas taek won do. Ia cukup membantuku mengalahkan 2 dari 5 pengawal itu. Kami masuk lagi, semakin ke dalam semakin banyak saja pengawal San Hae. Kaki Siwon terluka dan aku menggendongnya. Kami menaiki tangga, aku melihat Jung In tertidur di kursi dan diikat dengan mulut tertutup.
Aku berlari sambil menggendong Siwon.
Tak berapa lama San Hae mendekati kami.

"Sebuah pertemuan keluarga yang mengharukan." San Hae menepuk tangannya, aku rasa wanita ini benar sudah gila.
"Kau sudah gila ?" aku berteriak dan memegang kerah bajunya.
"Whoa whoa whoa..." dua pengawalnya mengarahkan pistol ke arah Jung In. Aku terpaksa melepas tanganku.
"Bagaimana? menikah denganku atau, anakmu akan sama nasibnya seperti istrimu ?" ia memegang pipiku, aku menepisnya.
"Aku takkan sudi ! Aku sama sekali tak mencintaimu !"
"Kau berpikir aku bermain-main ?" San Hae menjentikkan jarinya, pengawalnya menembakkan pistol ke atas.
"Hey !" Siwon berjalan pincang mendekati San Hae.
"Ada apa, bocah tampan ?" San Hae mendekatinya.
"Kau bunuh saja aku." Siwon merentangkan tangannya.
"Benarkah ? Kau yakin ?" San Hae tertawa.
"Siwon ah, apa yang kau lakukan ?" aku menurunkan tangannya.
"Lebih baik aku yang mati. Ayah lebih membutuhkan Jung In." Siwon kembali merentangkan tangannya.
"Kumohon bunuh saja aku. Biar aku saja yang duduk disana dan diikat."
"Jangan dengarkan dia, San Hae. Dia masih berumur belasan tahun. Kau bisa menikahiku." Akhirnya itu yang kusebut
"Ayah !" Siwon berteriak.
"Maaf, Siwon ah. Aku tak mau kehilangan kalian.
"Lebih baik aku mati daripada hidup dengan wanita gila ini !" Siwon menunjuk San Hae lalu memukul pipinya.
"KAU ! Tembak dia !" San Hae memerintah, kedua pengawalnya mengacungkan pistol.
DORR !
Aku berlutut, aku berhasil menyelamatkan anakku. Peluru melukai dadaku, sangat perih. Aku merasakan darah yang keluar hingga diserap bajuku. Aku menangis saking perihnya.
"AYAH !" Siwon terduduk, kakinya lemas. Ia memelukku.
"Siwon ah, jaga adikmu baik-baik" aku mencoba berbicara walau dadaku sesak. Aku masih bisa melihat San Hae berlari bersama kedua pengawalnya.
"Mengapa kau begitu bodoh, ayah ?" Siwon menangis
"Aku akan lebih bodoh lagi bila membiarkanmu tertembak." aku mulai susah bernapas. Napasku benar sudah tak beraturan.
"Selamat tinggal, Siwon ah. Maaf, aku belum bisa menjadi ayah yang baik untukmu dan terimakasih kalian berdua telah membuatku bangga, aku akan menyampaikan salam kalian untuk ibumu disana nanti..." aku sudah tak kuat lagi. Aku mencoba bernapas tapi sangat sulit. Selamat tinggal...

The End

Thx for reading
BBU
고마워 !

blogger-emoticon.blogspot.com

No comments:

Post a Comment