Umurku tak berapa lama lagi. Aku hanya bisa terbaring di sini, menunggu sampai akhirnya aku tak bernapas lagi. Aku tak bisa seceria dulu, seceria dulu ketika aku masih tidak mengetahui penyakit ini. Gagal Ginjal , penyakit inilah yang membuatku berubah menjadi pribadi yang suka menyendiri sekarang. Penyakit ini pula yang membuatku tidak dapat melanjutkan sekolah lagi. Banyak temanku yang menjengukku, aku tahu mereka tulus. Tapi aku tak bisa bersikap ramah pada mereka karena mereka membuatku iri. Hingga sekarang, hanya ibu yang terus merawatku.
“Ibu menemukannya di depan pintu tadi ketika masuk. Mungkin dari temanmu.” Ibu baru saja datang, ia menyerahkan amplop berwarna biru itu padaku.
‘Hai ! kau pasti bingung yah mendapatkan ini. Aku adalah seseorang yang sering memperhatikanmu. Jangan bersedih lagi. Kau harus tetap bersemangat ! Penyakitmu masih memiliki harapan buat sembuh. Fighting ! Kau ingin membalasku ? letakkan saja balasannya di depan pintumu. Aku akan mengambilnya, dan segera membalasmu. ^^’
Orang aneh, pikirku. Aku membuang surat itu, dan kembali beristirahat. Walaupun sebenarnya aku merasa sedikit penasaran dengan orang itu. Aku merasa sangat capek dan tertidur lelap.
“Nona, nona, ini aku menemukannya di depan pintu.” Suster itu membangunkanku.
“Apa ini ?” kali ini suratnya berwarna kuning. Aku membukanya lagi.
‘Bingung ? hahaha… baiklah, kau mengenalku. Kau tahu aku siapa, sebelumnya kita sudah pernah bertemu. Aku menulis ini karena aku ingin melihat senyummu lagi. Balaslah aku.’
Aish, apa yang orang ini inginkan dariku ! aku sudah cukup menderita dengan penyakit ini. Sudahlah, aku tak mau peduli siapapun dia. Aku melihat ponselku. Seperti biasa tak pernah ada pesan yang masuk. Ponsel hanya kugunakan untuk mendengar lagu. Aku memakai headsetku.
Namun, terjadi suatu keanehan. Ponselku berbunyi tanda pesan masuk. Aku membukanya.
‘Kau mendengarkan lagu apa ? hahaha…’
Astaga, siapa dia sebenarnya ? Aku mulai merasa takut. Bagaimana mungkin dia tahu nomor ponselku. Aku segera mengambil kertas dan menulis pesan untuknya
‘Siapa kau ?’
Hanya itu yang kubuat dan aku menyuruh ibuku meletakkannya di tempat dimana tadi ia menemukan surat pertama.
Tak berapa lama seorang suster membawakan obat yang harus kuminum.
“Ini ada titipan dari luar.” Ia memberikanku amplop dengan warna merah kali ini.
“Siapa yang memberikannya padamu ? kau mengenalnya ?” tanyaku setelah meminum obat yang benar-benar pahit itu.
“Tidak. Ia benar sangat tampan.” Tampan. Dia adalah lelaki, aku membukanya.
‘Sa Jin ah, kau benar-benar melupakanku ? Kau ingat surat warna-warni ?’
Aku terkejut. Surat itu terjatuh.
“Sa Jin ah, ada apa denganmu ?” ibu melihat mukaku yang memucat. Ia mengambil suratku.
“Siapa ini ? Apa benar yang ditulisnya ?”
Aku tahu itu siapa, dia Donghae. Kekasihku dua tahun yang lalu. Ia memutuskan hubungan denganku karena ia harus pergi kuliah di Jepang. Ia memberitahuku sehari setelah aku mengetahui penyakitku. Hari itu aku hampir saja menghabisi nyawaku sendiri. Namun ia datang menyelamatkanku dan mengetahui kondisi kesehatanku setelah dia sampai di sana. Ia berjanji akan mengirimkanku surat berwarna-warni saat ia kembali. Jujur aku menunggunya, namun aku melupakannya. Karena aku yakin dia tak mungkin mengirimnya. Selama setahun aku menunggu dan aku menyerah. Namun ia benar datang lagi. Hidungku kembali berdarah, aish aku membenci situasi ini. Ibu berteriak memanggil dokter datang. Tak berapa lama darahnya berhenti dan aku harus istirahat. Tapi, aku ingin menemuinya, Lee Dong Hae. Tapi mungkin karena pengaruh obat, aku tertidur.
***
“Sa Jin ah~” aku membuka mataku, aku tak percaya. Dia Donghae !“Dong Hae ?” mataku berkaca.
“Yah. Aku merindukanmu !” dia mencoba memelukku, aku menepisnya.
“Tidak.” Aku refleks mengatakannya.
“Waeyo ?” Donghae menatapku. Ia tampak kecewa.
“Ntahlah, aku merasa tak pantas kau peluk.”
“Baiklah.” Donghae duduk di kursi di samping tempat tidurku.
“Aku ingin ke taman.” Aku mencoba tersenyum.
Donghae dengan senang hati membawaku ke taman belakang. Aku tak pernah keluar lagi sejak dua tahun lalu aku menginap di rumah sakit ini. Akhirnya aku menghirup udara ini lagi.
“Mengapa kau kembali ?” tanyaku saat kami berhenti di bawah sebuah pohon.
“Karena kau.” Aku diam. Aku tak tahu harus mengatakan apa. Mengapa jawaban itu yang ia lontarkan ?
“Oh” itu tanggapan yang bodoh dariku.
“Senang ?” tanyanya dengan mata menggoda.
“Tidak.” Yah, aku berbohong lagi.
“Benarkah ? hahaha, aku tak yakin.”
“Dong Hae ah, jujur aku tak menyangka kau akan datang. Aku pikir kau sudah bertemu dengan gadis Jepang yang cantik-cantik. Dan melupakan aku yang penyakitan ini.” Aku tersenyum lirih.
“Sayangnya, aku bahkan tak tertarik dengan gadis disana dan aku lebih tertarik dengan gadis penyakitan sepertimu” dia masih menunjukkan senyumnya.
“Kau sudah banyak belajar berbohong di sana.” Aku tertawa datar.
“Tidak. Aku belajar bagaimana mencintaimu disana.” Wajahnya mendekat padaku, semakin dekat dan bibirnya menyentuh bibirku. Aku tak dapat menolaknya kali ini. Aku tahu ia tulus mencintaiku. Aku bahkan melupakan bahwa aku ini adalah Kang Sa Jin, seorang yang mempunyai penyakit gagal ginjal.
“Donghae ah, terimakasih. Terimakasih masih mencintai wanita sepertiku. Aku benar tak pantas untukmu.” Aku melepaskan bibirku.
“Tidak, Sa Jin. Kau adalah takdirku.” Donghae memelukku, aku menangis.
“Aku harap kau bisa menemukan yang lebih baik dariku saat aku tak bisa menemanimu lagi.” Aku menangis tersedu.
“Kau akan menemaniku selamanya. Tak ada yang bisa memisahkan kita. Kau tercipta untukku dan aku tercipta untukmu.”
“Aku tak bisa bertahan. Maaf.” Aku mendorong kursiku, di tengah perjalanan aku meminta tolong suster membawaku ke kamarku. Aku meninggalkan Donghae sendirian disana.
To be continued
Thx for reading
BBU
고마워 !
No comments:
Post a Comment