Monday, August 30, 2010

You



“Ayah !!!” pekikku melihat ayahku dibawa sekumpulan orang berbaju hitam. Mereka bukan penculik, mereka adalah polisi. Ayahku terlibat dalam kasus korupsi. Dan dia harus ditahan. Aku tak bisa melakukan apa-apa selain memekikkan namanya, seorang polisi berbadan tegap menahan tangan dan badanku. Rumahku disegel karena kasus ini. Sekarang aku diluar sendirian. Ibuku sudah meninggal dua tahun lalu karena penyakitnya yang parah. Aku sendiri, bersama koper-koper yang berisi bajuku. Apa yang harus kulakukan sekarang ?
Aku mencoba menghubungi keluargaku, namun sepertinya semuanya memang sengaja mematikan ponsel mereka. Aku mencoba berjalan keluar, aku melihat sekeliling. Beberapa melihatku dengan tatapan kebencian. Aku mempercepat langkah dan menaiki sebuah bus yang aku tak tahu dimana tujuannya. Bus itu hanya ditumpangi sekitar tujuh orang dengan aku, semuanya lelaki. Aku mencoba bersikap biasa walaupun ini baru pertama kalinya aku menaiki bus. Biasanya aku mengendarai mobil, namun mobil itu ikut disita.
Tiba-tiba dua lelaki mulai mendekat ke tempat dudukku. Mereka duduk disampingku, tepatnya mengepungku.
“Hai, nona manis. Habis menangis ya ?” tanya salah satu dari mereka, aku mengacuhkannya.
“Mau kutemani tidak ? apa kau ingin mencari rumah baru ?” dia melihat kearah koperku.
“Tidak perlu” jawabku. Namun, tiba-tiba ia mengambil salah satu koperku dan berlari ke jalan.
“TOLONG!” teriakku. Bus berhenti, salah seorang penumpang lain mengejar mereka. aku ikut turun ke bawah dan berlari mencoba mengejar. Aku melepas sepatu hak tinggiku lalu kembali berlari sekuat tenaga. Seorang penumpang yang membantuku tadi juga masih mengejar mereka. aku terduduk, kakiku sudah terkelupas kulitnya terkena lantai aspal. Kepalaku pusing.
“Hey nona ! kau baik-baik saja ?” lelaki yang membantuku tadi menghampiriku dengan tas koperku.
“Aku baik-baik saja. Terimakasih sudah membantuku.” Tapi semua menjadi gelap.
***
“Apa yang terjadi ?” aku mendengar suara wanita samar-samar.
“Dia dirampok di bus. Beruntung aku bisa mengejar perampok itu. Tapi dia malah pingsan.”
“Mengapa barang bawaannya begitu banyak ?”
“Ntahlah, bu. Tunggu saja hingga dia sadar.”
Aku membuka mataku dengan susah payah. Aku melihat sebuah ruangan kecil, dan aku berada di atas tempat tidur yang jauh dari kata empuk.
“Kau baik-baik saja ?” lelaki itu memberikan aku segelas air.
“Ya.” Aku meneguk air itu.
“Oh ya, kenalkan aku Hankyung.” Ia mengulurkan tangannya.
“Oh, aku Ji Rim, Song Ji Rim.” Jawabku menjabat tangannya
“Aku…” kami serentak berkata.
“Kau saja yang duluan.” Ucapku.
“Tidak, kau saja. Wanita duluan”
“Hmm, terimakasih telah membantuku tadi. Aku tak tahu apa yang terjadi tanpa kau tadi”
“Oh, tak apa. Sepertinya kau ingin bepergian keluar kota ya ?” tanyanya melirik tiga koperku.
“Tidak. Rumahku disegel, dan aku tak tahu harus kemana. Sebenarnya tadi aku baru pertama kali naik bus. Dan aku sama sekali tak tahu kemana arah bus itu akan berhenti.”
“Bagaimana bisa rumahmu disegel?”
“Ayahku ditangkap atas tuduhan korupsi” ucapku lirih, airmataku kembali keluar.
“Kau bisa tinggal disini untuk sementara.” Ucapnya tiba-tiba
“Benarkah ?” tanyaku kaget bercampur senang.
“Yah, tapi rumahku sangat kecil. Apa kau sanggup ?”
“Tentu saja. Terimakasih banyak !” aku memeluknya.
“Oh ya.” Ucapnya mencoba melepas pelukan.
“Maaf, aku terlalu senang.” Mukaku memanas.
“istirahatlah dulu. Aku harus kembali bekerja. Jika kau membutuhkan sesuatu, ibuku di luar.” Ucapnya mengenakan jaket lalu keluar kamar.
***

Semakin lama, hubungan aku dan Hankyung semakin akrab. Begitu juga aku dan ibunya, aku sudah bisa membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah. Ya, disini aku belajar kebahagiaan bukan hanya didapat dari materi. Aku mulai belajar banyak hal yang menyenangkan. Aku bahkan sudah pernah menangkap beberapa ikan untuk kami makan bersama. Keluarga ini sangat sederhana, dan mereka menikmati kesederhanaan dengan kebahagiaan. Inilah yang membuatku nyaman disini.
“Hey !” Hankyung mengejutkanku
“Ah, kau ini !” aku memukul lengannya yang cukup berotot.
“Kau memikirkanku ya ?” candanya dengan tatapan menggoda yang membuatku berdebar.
“Apa kau bercanda ? Kau bukanlah tipeku !” kuacuhkan mukaku. Yep, aku berbohong. Aku mencintainya dari segi apapun, dia memang bukan tipeku tapi dia pangeranku.
“Yang benar..” godanya lagi, ini membuat wajahku memanas.
“Apa sih, kau menyukaiku ya ?” balasku dengan hati yang berdebar.
“Malah menuduhku yang tidak-tidak. Mukamu sudah merah, tuh” ejeknya.
“Aish, kau ini !” aku memukulnya lagi, kali ini lebih keras.
“Hey Hey !” dia menutupi tubuhnya kesakitan.
“hahaha..” tawaku lepas.
Ia menghentikan tanganku dengan menggenggamnya. Ia menatapku serius, hatiku berdebar lagi, kali ini lebih cepat. Ia mendekatkan mukanya ke mukaku. Bibir kami saling menyatu, aku merasakan kehangatan luar biasa. Ia mengulum bibirku dan memelukku erat. Aku menemukannya, aku menemukan bahwa dia juga mencintaiku. Yah, kami saling mencintai.
“Aku mencintaimu…” ucapnya sedikit berbisik.
“Aku juga mencintaimu…” aku mencium keningnya lembut.
“Kok cuma kening ?” tanyanya memonyongkan bibir.
“Apa kau masih belum puas mencium bibirku yang seksi ini ?”
“Aku mau muntah”
“Kau hamil ya ? bukankah kita baru berciuman ?” tanyaku sambil pura-pura kaget.
“Iya, aku hamil anakmu ! Cepat tanggung jawab” balasnya
“Sudah ah, aku mau tidur. Besok aku harus membantu ibumu.” Ucapku menutup malam yang indah ini.
“Hey, apa kita berpacaran ?” tanyanya saat aku beranjak, aku hanya mengangguk lalu tersenyum penuh arti.
“Selamat malam, Ji rim ah” ucapnya tersenyum begitu manis.
“Selamat malam, chagi” balasku lalu masuk ke kamar.
Aku naik ke atas tempat tidurku, memakai selimutku lalu mengatur posisi tidur terbaikku. Dan aku tersenyum. Hari ini adalah hari terindah dalam hidupku. Aku harap hubungan kami akan lancar. Lalu lampu kumatikan.


To Be Continued

Thx for reading
BBU
고마워 !

blogger-emoticon.blogspot.com

No comments:

Post a Comment