Friday, August 6, 2010

Wrong





“Na Hyun ah, aku harus pergi. Tak apa kau sendiri disini ?” temanku yang terakhir, Jo Eun sudah dijemput oleh ayahnya. Tinggal aku sendiri sekarang.

“Ya. Aku akan menunggu oppaku. Sepertinya dia masih bekerja.” Jawabku

“Hm, baiklah. Aku pulang yah. anyeong~” Jo Eun mulai menjauh dari tempatku berdiri.

Aku mengambil ponselku lalu menekan nomor kakakku, Heechul.

“Oppa, dimana kau ?” tanyaku sedikit kesal. Bagaimana tidak, aku sudah menunggu selama satu jam disini.

“Ya, aku akan segera kesana, tunggu saja disana !” Ia tampak sangat sibuk. Ya, dia seorang komikus yang bekerja tanpa tahu waktu.

“Baiklah, aku menunggumu di tempat biasa.” KLIK. Kumatikan teleponku.

Sekitar dua puluh menit kemudian, seseorang menepuk pundakku.

“Kau Kim Na Hyun ? adik Kim Heechul ?” tanya lelaki itu.

“Iya, nuguya ?” tanyaku bingung.

“Aku Lee Sungmin, rekan kerja kakakmu. Aku disuruh menjemputmu, dia sedang sibuk.” Jelas lelaki tampan itu.

“Hm, baiklah…” aku memasukkan handphone ke saku celanaku.

“Mobilku di sana, apa kau sudah makan malam ?” tanya Sungmin sambil berjalan.

“Belum.” Jawabku jujur

“Aku juga, bagaimana jika makan dulu saja.” Ia menekan remote mobilnya.

“Boleh.” Jawabku masuk kedalam mobil.

“Apakah kau akan mengantarku ke kantor kakakku nanti ?” tanyaku memasang safety belt

“Ya. Kalo ke rumahmu tidak sejalan dengan tujuanku.” Jawabnya masih serius menatap jalan.

“Oh, memangnya kau tinggal dimana ?” tanyaku lagi

“Di belakang kantor. Hm , kau suka makan apa ?”

“Apa saja.”

“Kau suka pedas ?”

“Suka.”

Mobil melaju ke sebuah kedai. Tertulis menyediakan makanan pedas di depan pintu. Sungmin mematikan mesin, aku melepaskan safety beltku lalu kami turun. Sungmin menyuruhku menunggu di salah satu meja. Aku memilih salah satu meja yang kurasa cukup nyaman, aku menarik kursi dan duduk manis. Tak berapa lama, Sungmin datang sambil memasukkan dompet ke saku belakangnya. Ketika ia menduduki kursi di depanku, tiba-tiba ponselku berdering.

“Yobuseo ? ya, oppa. Aku bersama dengan temanmu. Kami sedang makan, di sebuah kedai. Apa ? Baiklah.” Aku lalu memberikan ponsel pada Sungmin.

“Ya. Aku di tempat biasa, kemarilah ! Bukankah kau belum makan ? Oke, aku akan memesankan makanan untukmu. Ya” Sungmin menekan tombol merah dan memberikan ponsel padaku. Lalu ia kembali ke meja kasir untuk memesankan makanan kakakku.

Tiba saatnya pesanan kami datang, tapi kakakku belum juga tiba. Kami memutuskan untuk menunggunya dulu. Tidak ada satupun suara yang keluar dari bibir kami. Semua diam dan suasananya sangat canggung sampai akhirnya…

“Ya ! kalian tampak seperti sepasang kekasih..” Kakakku datang dari belakang, lalu ia tertawa.

“Mengapa kalian menungguku ? makan saja…” lanjutnya mengambil daging ke nasi lalu melahapnya. Akupun mulai mengikutinya.

“Na Hyun ah, bagaimana temanku ini ? Cakep kan ?” tanya kakakku membuatku tersedak, lalu cepat-cepat meminum air. Kakak tertawa puas sementara mukaku dan Sungmin memerah.

“Oppa, makan saja. Jangan banyak berkomentar saat makan!” kesalku.

“Hahaha… mengapa kalian berdua tampak sangat canggung sekarang ? Sangat berbeda jika kalian hanya bersamaku saja.” Dia semakin senang mengejek kami berdua.

“Apa kau mau aku minum soju ?” tanya Sungmin

“Hey, itu ide bagus !” Kakak memanggil bibi penjual memberikannya beberapa soju ke meja kami.

“Jangan minum terlalu banyak ! Aku bisa tak pulang malam ini !” pesanku.

“Tenang saja !” jawabnya santai.

“Oppa, aku ingin membeli sedikit cemilan dan berjalan-jalan. Satu jam lagi aku kembali.”

“Ya.” Jawabnya meminum gelas soju pertamanya dengan Sungmin.


Aku berjalan keluar dari kedai itu. Rasa pedas masih terasa dari makanan yang tadi kumakan. Aku mencari supermarket terdekat dari sana.

“Osso Osseyo~” ucap si kasir dari dalam supermarket, aku hanya tersenyum.

Aku membeli beberapa cemilan dan kebutuhan kami di rumah. Setelah membayar akupun keluar lalu melewati malam yang indah ini, banyak pasangan yang lalu lalang di depan wajahku. Sampai sekarang aku bahkan belum pernah mengalami masa pacaran yang dikatakan indah itu. Bagaimana rasanya ? Hey, apa yang sedang aku pikirkan ? Haiz, sebaiknya aku cepat-cepat kembali ke kedai itu.

“Hey, Na Hyun ah ! Kau sudah kembali ?” tiba-tiba saja Sungmin menghampiriku dengan lunglai. Kulihat kakakku masih sadar dan duduk menikmati minumannya.

“Ada apa denganmu?” tanyaku bingung dan mundur perlahan.

“Aku…” tiba-tiba ia terjatuh dikakiku.

“Hey, Hey !” aku menggoyang-goyangkan badannya. Mukanya sangat merah.

“Oppa ! Apa yang kau lakukan disana !” kupanggil kakakku.

“Ada apa dengannya ? bukankah dia ke kamar mandi ?” tanya kakakku.

“Dia mabuk berat, oppa !”

“Baik, kau bawa dia ke mobil kita. Aku akan menitipkan mobilnya di sini dulu. Kau tunggu di mobil” kakakku lalu menuju ke dalam lagi. Aku menggotong Sungmin masuk ke mobil kami. Dia sangat berat, aku rasa ototnya yang membuatnya berat. Tak berapa lama, kakakku datang lalu masuk dan menghidupkan mesin.

“Dasar lemah, beraninya menantangku minum.” Ejek kakakku.

“Bukankah dulu kau juga begini ?” jawabku sambil tertawa kecil.

“Sudahlah, aku tak mau berdebat denganmu. Mau kita buang kemana anak ini ?”

“Bagaimana jika kita tinggalkan dia ke panti asuhan ?” jawabku bercanda.

“Ide bagus dan sama sekali tak lucu, Kim Na Hyun” kumanyunkan bibirku.

“Hey, begitu saja kau sudah ngambek !” bujuknya

“Cepat saja pulang. Aku sudah mengantuk !” seruku.

“Enak saja, kau harus mengurus bocah ini~”

“Mengapa aku ? Nggak mau ! Oppa saja !” elakku.

“Aku tak tahu.” Dia memutar lagu sekeras-kerasnya, jadi percuma aku menolak. Selalu aku yang kalah.

***

Sesuatu mengusik tidurku. Ada yang menggerakkan tanganku, aku segera membuka mata dan melihat sekeliling. Sungmin kaget melihatku yang terbangun, ialah yang memegang tanganku.
“Maaf, aku mengganggumu. Tapi, mengapa aku di sini ?”

“Semalam kau mabuk berat.” Jawabku singkat
“Jadi, kau yang membawaku ?”

“Yah, kau seperti tak tahu oppa ku saja. Dia kan tak pernah mau di repotkan. Hmmm, aku akan membuatkanmu bubur. Mandilah dulu, kau bisa memakai baju yang di lemari. Itu milik Oppaku”

“Maaf merepotkanmu.”

“Ya. Kau adalah teman Oppaku, jadi kau juga temanku.” Jawabku tersenyum padanya.
Aku beranjak keluar menuju ke dapur. Aku akan membuatkan Sungmin bubur. Yah, jujur saja dia lumayan juga.

“Baunya harum” tiba-tiba Sungmin keluar.

“Hahaha… Hanya baunya saja, aku tak yakin dengan rasanya.” Candaku

“Haha… kau pandai bergurau juga. Mana Heechul ?”

“Dia sudah pergi dari tadi pagi. Oh iya, mobilmu masih di kedai semalam.” Aku teringat

“Ya, aku akan mengambilnya sehabis ini.”

“Jjang… ini buburnya !” aku meletakkan semangkuk bubur dimeja depannya.

“Apa kau tak makan ?” tanya Sungmin mengambil sendok

“Iya, aku harus mencuci panci dulu. Tenang saja, aku takkan meracuni bubur itu.” Gurauku

“Bukan begitu, aku takut ini akan habis sebelum kau selesai mencuci panci.” Lalu ia tertawa. Jantungku berdegup kencang. Jangan sampai dia mendengarnya. Segera aku menuju ke dalam dan mencuci panci.

“Na Hyun ssi, aku harus segera berangkat. Terimakasih buburnya.” Aku mendengar seruan dari ruang makan.

“Ya, baiklah. Tolong kunci pintu pagarnya!” pesanku masih membereskan piring.

Tak ada jawaban yang terdengar. Akupun mengambil bubur bagianku lalu memakannya sambil menonton televisi. Tiba-tiba, aku mendengar sesuatu dari arah depan. Aku mengecilkan suara televisi, suara tadi seolah hilang. Apa aku mabuk ? Lupakanlah, aku melanjutkan ritual makan buburku. PRANG ! itu suara terakhir yang kudengar lalu semua berubah gelap.


To Be Continue

Thx for reading
BBU
고마워 !

blogger-emoticon.blogspot.com

No comments:

Post a Comment