Rambutku ditarik seseorang, aku membuka mata. Dimana aku ? Mataku tak bisa melihat apa-apa. Aku berada di tempat yang sangat gelap.
“Jadi, namamu Kim Na Hyun ?” aku mendengar suara seorang wanita. Tapi, aku tak tahu siapa dia.
“Siapa kau ?” tanyaku mencari-cari sumber suara.
“Aku ? kau tak mengenalku.”
“Lalu, mengapa kau mengikatku seperti ini ?” tanyaku masih mencoba tenang.
“Karena kau sudah berani kurang ajar padaku, bocah kecil” wanita itu lalu tertawa.
“Apa maksudmu ? kau sendiri yang bilang aku tak mengenalmu, bagaimana mungkin aku bisa melakukan hal kurang ajar padamu.” Belaku mencoba melepas ikatan tanganku. Namun ditahan sepasang tangan.
“Sudahlah, kau tak usah banyak bertanya. Duduk dan diam saja. Aku mau lihat siapa yang akan beranjak menolongmu.” Terdengar suara kursi yang diseret.
“Lepaskan aku !” seruku tak terima.
“Tidak akan” kali ini terdengar suara lelaki.
“Siapa kau ?” tanyaku lagi.
“Bukan urusanmu siapa aku. duduk dan diam saja.” Jawabnya
Aku bingung. Siapa mereka berdua, apa mereka hanya berdua atau masih ada orang di dalam sini. Aku sangat bingung.
“Apa kau sudah menelepon Kim Heechul ?” terdengar lelaki itu bertanya.
“Belum. Apa ini saatnya ?”
“Teleponlah. Dan katakan rencana kita.”
Lalu aku mendengar krasak krusuk yang cukup ribut. Aku pura-pura tertidur.
“Hey, untuk apa kau keluar, disini saja !” suruh lelaki itu.
“Bagaimana jika si bocah tengik itu mendengarnya ?”
“Tenang saja, dia masih tidur.” Sepertinya wanita itu mematuhinya. Terdengar suara nada ponsel tanda menghubungi.
“Halo. Apa kau kehilangan saudara perempuanmu ?” wanita itu kembali tertawa, terdengar samar-samar suara kakakku.
“Kau tak perlu tahu siapa aku. kau hanya perlu datang menyelamatkan dongsaengmu yang akan segera kubunuh ini.” Tubuhku merinding, aku akan dibunuh. Apa yang harus kulakukan ?
“Kau hanya butuh ke sini saja. Akan kukirimkan alamatnya dan ingat, jangan pernah kau coba-coba melakukan hal yang tak seharusnya kau lakukan karena bocah ini akan kubunuh.” –KLIK-
“Apa katanya ?” tanya lelaki itu tak bersabar.
“Dia sangat panik. Tenang saja, tidak mungkin dia tidak menyelamatkan bocah ini. Hanya ini harta yang ia miliki sekarang.” Ucap wanita itu seakan-akan tahu seluk beluk kakakku.
***
“Hey, bangun !” lelaki itu membangunkanku. Aku membuka mata, berharap mereka membukakan mataku. Ternyata tidak.
“Bisakah kau membuka mataku ? dan satu hal lagi, aku ingin ke kamar mandi.” Ucapku jujur.
“Tidak.”
“Aku benar-benar sudah tak tahan lagi” aku mencoba mengatur posisi duduk agar tidak ngompol.
“Tunggu.”
Tak berapa lama, ia membukakan ikatan tanganku. Lalu ia membuka mataku, akhirnya semuanya kembali terang. Aku lihat ia memakai topeng lalu memakai jaket coklat.
“Dimana kamar mandinya ?” tanyaku
“Di sana. Jangan pernah berpikiran untuk kabur !” ingatnya.
Aku memang ingin ke kamar mandi, tapi selain itu aku juga tak mau secara sukarela di bunuh oleh mereka walau aku tahu kakakku tak mungkin tak menyelamatkanku. Namun, jika ia datang aku curiga akan terjadi sesuatu padanya. Sepertinya mereka adalah musuh kakakku. Sehabis mencuci mukaku, aku mencari-cari celah untuk melarikan diri. Sama sekali tak ada.
“Hey, apa yang kau lakukan ?” lelaki topeng itu mengetuk pintuku.
“Tunggu, aku sedang mencuci muka.” Jawabku mengguyur-guyurkan air ke segala arah agar terlihat memang sedang mencuci muka.
“Ya ! dimana bocah itu ?” sepertinya wanita itu sudah pulang.
“Di kamar mandi.” Tiba-tiba saja kamar mandi di dobrak, untungnya aku sudah memakai celanaku. Wanita itu juga memakai topengnya.
“Sudah selesai, nona manis ?” tanyanya membuatku ingin memuntahkan bubur tadi pagi, aku hanya mengangguk saja. Ia membawaku lalu mengikatku sama seperti tadi. Mataku tertutup lagi.
“Kim Heechul sial itu akan datang.” bisik wanita itu.
Sehabis itu, aku sama sekali tak mendengar suara lagi. Sepertinya mereka berdua keluar dari sini.
Aku masih terus mencoba membuka ikatan yang ada pada tanganku. Sulit.
“Na Hyun ah ?” tiba-tiba saja aku mendengar teriakan dari luar. Itu Kakakku.
“Oppa !” teriakku dari dalam, aku mendengar suara pintu yang sangat keras.
“Kau tak apa ?” kali ini aku malah mendengar suara Sungmin. Ia membuka ikatan tangan dan mataku.
“Mana Heechul oppa ?” tanyaku sedikit bergetar.
“Dia mencoba mengalihkan perhatian mereka. Kau yakin tak apa-apa ?” aku menatapnya lalu menangis. Ia memelukku.
“Aku, aku takut” Sungmin memelukku erat.
“Aku akan menjagamu.”
“Gomawo” ucapku.
“Sebaiknya kita segera pergi dari sini, sebelum mereka datang”
“Bagaimana dengan kakakku ?” tanyaku sambil mencoba berdiri.
“Dia akan baik saja, percayalah padaku” ia mencoba memberikan kepercayaan lewat matanya.
Ketika sampai diluar, aku melihat kakakku dipukuli, aku berhenti.
“Percayalah, dia akan baik saja.” Ucap Sungmin menarik tanganku.
“Bagaimana mungkin ? Dia bisa mati !” ucapku lagi beranjak ke tempat kakakku.
“Heechul tak selemah itu. Kau yang harus kuselamatkan dulu !” kali ini Sungmin menarik tanganku dengan kuat, aku menangis.
“Masuklah” ucapnya membuka pintu salah satu hotel. Aku masuk.
“Istirahatlah dulu, aku akan membantu Heechul.” Ia mengacak rambutku pelan.
“Sungmin ah, bagaimana jika oppa…….” Aku kembali menitikkan airmata sambil menatapnya. Ia semakin mendekat. Lalu memelukku lagi.
“Aku yakin ia baik-baik saja.” Lalu ia mengecup bibirku.
To Be Continued
Thx for reading
BBU
고마워 !
No comments:
Post a Comment