“Dimana aku ?” Kibum membuka matanya, ia mencoba duduk namun semua badannya terasa perih.
“Hey, jangan terlalu banyak bergerak ! kau di rumahku sekarang.” Leeseul mengambil kompres di dahi Kibum.
“Aku mau pulang.” Kibum mencoba duduk lagi.
“Tenang saja, ayahku akan segera mengantarmu pulang. Sekalian kami juga mau makan bersama di rumahmu.” Leeseul meletakkan kompres di dahi Kibum lagi.
“Kibum ssi, kau sudah bangun ?” seorang lelaki gendut menghampirinya.
“Yah, ahjussi.” Kibum tahu benar itu Ahjussi Geun Han, ayah Leeseul.
“Siapkanlah dirimu, kita akan berangkat sebentar lagi.” Leeseul lalu berlari ke atas, kamarnya.
“Kau masih ingat aku ?”
“Tentu, ahjussi.”
“Hahahaha. Mengapa sekarang kau begitu irit berbicara ?”
“Tidak, ini memang caraku saja. “ Kibum tersenyum.
“Gaya bicaramu tak sepantasnya begitu, kau baru berumur belasan tahun. Jangan terlalu menyembunyikan diri.”
“Baiklah. Aku akan berusaha melakukannya.”
“Kau bisa bangun ? Kita akan berangkat sebentar lagi.”
“Yah.” Kibum mencoba bangkita dari tempat tidur dibantu ayah Leeseul.
Akhirnya mereka sampai di depan rumah Kibum. Kibum mencoba keluar dari mobil di bantu oleh Leeseul. Tak berapa lama, Saehee dan orangtua Kibum keluar. Ayahnya mencoba membantu Kibum.
“Mengapa kau berkelahi ! Ini bukanlah cara lelaki menyelesaikan masalah !” ayahnya mulai berang.
“Kibum tidak bersalah. Para preman itu yang memulai, ahjussi” Leeseul mencoba menjelaskan.
“Benarkah ? Kalau begitu mengapa kau tidak melawannya ? Aish, mengapa kau begitu bodoh dipukul hingga seperti ini !” semua yang disana tertawa kecuali Kibum. Ia mencoba berjalan menuju kamarnya setelah berpamitan dengan membungkuk kepada ayah Leeseul.
“Maaf, ia memang seing begitu.” Ibu Kibum merasa tak enak.
“Yah, aku mengerti. Mungkin dia masih sakit.” Mereka semua lalu masuk.
***
“Oppa ! Oppa !” Saehee memanggil oppanya yang masih terlelap.
“Hmm…” Kibum mengambil selimut dan menutup kepalanya.
“Oppa ! ibu menyuruhmu sarapan!” Saehee mengguncang badan Kibum.
“Yah” Kibum masii terlelap. Saehee keluar.
“Mana Kibum ?” ibunya mengambil bubur dari panci.
“Dia tak mau bangun, omma…” Saehee duduk dan mengambil buburnya.
“Kibum ah, bangunlah. Nanti buburnya dingin.” Ibunya mencoba membangunkan Kibum. Dan Kibum berdiri, ia berjalan dengan pincang ke kamar mandi.
“Bagaimana keadaanmu ? Sudah baikan ?” tanya ayahnya saat ia selesai mengganti bajunya.
“Sedikit sakit.”
“Sebaiknya kau jangan sekolah dulu, aku akan mengirim suratmu.”
“Yah.” Kibum memakan buburnya.
“Omma, Appa,Kibum Oppa. Aku berangkat !” Saehee mengucapkan salam lalu pergi sambil membawa tas.
Tiba-tiba terdengar hape Kibum berdering. Telepon dari Chun, ia mematikannya. Namun, ada pesan masuk.
‘Aku tahu kau marah, tapi kita perlu bicara. Bisa kau temui aku ? aku di depan rumahmu.’
“Aku keluar sebentar.” Kibum keluar.
“Kibum ah! Kau taka pa ?” Chun mendekatinya dan mencoba menyentuhnya.
“Sudahlah. Ada apa ?” Kibum menepis tangan Chun.
“Maaf, oppa ku… Aku sungguh menyesal.” Chun menangis.
“Jika kau menangis berarti sama saja kau tak menyesal. Pergilah sekolah.” Kibum dengan tenang.
“Aku benar-benar minta maaf, mohon jangan membenciku.” Chun pergi.
Kibum menarik napas panjang. Ia lalu berjalan dengan pincang menuju ke sebuah tempat, sebuah kedai kecil yang menjual tteobokki.
“Nyonya, aku butuh satu tteobokki dan air mineral.” Teriak Kibum segera duduk.
“Hey!” seseorang menepuknya. Leeseul.
“Ah, kau.”
“Boleh aku duduk di sini ?”
“Yah, tentu.” Kibum masih dingin.
“Nyonya, satu tteobokki dan teh !” pesan Leeseul.
“Kau sudah sehat ?”
“Sedikit.”
“Oh. Kau tak sekolah hari ini ?” tanya Leeseul yang memakai seragam.
“Tidak.”
Suasana berubah tenang hingga pesanan keduanya datang.
“MANIMOKO !” Leeseul mengambil sumpitnya.
“Kau suka tteobokki disini juga yah ?” Leeseul meniup tteobokkinya.
“Yah. Aku suka suasananya.” Kibum menyuapkan makanannya.
“Ada apa memangnya disini ?”
“Ntahlah, suasananya terasa hangat dan akrab denganku.” Kibum tersenyum tipis.
“Tak kusangka kau bisa tersenyum juga.”
“heh ?”
“Tidak, kupikir otak tertawamu sudah putus sejak kau kembali ke Korea. Kau berubah banyak.” Leeseul meminum tehnya.
“Banyak yang tak memahamiku disini.” Kibum menyuapkan makanannya lagi.
“Bagaimana dengan Kyuhyun ? Bukankah kalian dekat ?”
“Ya, tapi dia tak memahamiku.”
“Ntahlah, aku tak mengerti. Waktuku tak banyak. Aku harus sekolah. Anyeong !” Leeseul membayar dan pergi sedikit berlari.
“Bodoh, kaulah orang yang bisa memahamiku.” Kibum menatap ke luar, Leeseul. Kibum ikut membayar dan pulang sesaat setelah ia menghabiskan minumannya.
“Kibum ah, sudah pulang ?” teriak ibunya dari dapur.
“Yah. Aku ingin tidur dulu.” Kibum masuk ke kamarnya.
***
Kibum berjalan menuju lantai atas, ia menuju ke kelasnya. Semua tampak seperti biasa. Sesekali ada yang menatapnya muka, tangan dan kakinya yang penuh plester. Seperti biasa ia memakai headsetnya dan duduk.
“Hey! Ini catatan kemarin.” Leeseul memberikan bukunya dan tersenyum.
“Oh, terimakasih.” Kibum tersenyum tipis. Leeseul bergabung bersama temannya lagi.
“Kibum ah! Sakit apa kau ?” Kyuhyun memukul lengan Kibum.
“Tidak apa-apa.” Kibum menyimpan buku Leeseul di tasnya.
“Tumben Chun tak muncul. Mungkin dia mengira kau tak masuk hari ini.” Kyuhyun duduk di depan Kibum.
“Itu bukan urusanku.” Kibum memutar lagunya lebih keras.
“Hm… Baiklah.”
Tak berapa lama, bel berbunyi. Semua anak masuk ke kelas masing-masing.
“Hey !” Leeseul muncul di balik kursi Kibum.
“Apa yang kau lakukan ?” Kibum sedikit terkejut.
“Ikut aku ! Bawa tasmu dan bawakan tasku yah !” Leeseul keluar.
“Hey” Kibum bingung namun ia mengikuti perintah Leeseul. Ia keluar.
“Apa yang akan kau lakukan ?” Kibum melempar tas Leeseul.
“Duduklah !” Leeseul menunggu dengan motornya. Kibum duduk di belakang. Motor berjalan cukup kencang.
“Kau tak bertanya kita mau kemana ?” Leeseul berteriak.
“Tidak, kau tak mungkin membawaku ke hotelkan ?” Kibum bercanda.
“Hahahaha, tentu saja tidak. Kau tak cukup tampan kubawa ke sana.”
“Aku pun tak sudi.”
“Kau sudah kuat minum ?”
“Apa ?”
“Minum, meminum sejenis soju !”
“Tidak, belum pernah.”
“Ah, kau sungguh payah.”
“Jangan sembarangan !”
“Aku saja sudah bisa.”
“Kau kan tinggal di Amerika.”
“Jadi, apa bedanya ?”
“Ah, lupakan saja.”
Motor melaju terus hingga sampai ke sebuah tempat. Pantai. Sepi dan tenang.
“Bagaimana ?” Leeseul membuka helmnya. Kibum segera menuju ke pantai setelah membuka seragamnya.
“Aaaa ! sangat tenang !”
Mereka bersenang-senang hingga akhirnya malam tiba.
“Hey, ayo kita makan. Aku lapar !” Leeseul berteriak.
“Baiklah !” mereka lalu menaiki motor lagi.
“Kau yang membawa !” Leeseul memberikan kunci pada Kibum. Kibum menerimanya dan memakai helmnya. Leeseul memeluknya saat motor melaju.
“Kemana ?”
“Terserah”
Kibum membawa motor ke kedai tteobokki yang kemarin ia datangi. Mereka berdua turun.
“Hey, kenapa disini ?” Leeseul turun.
“Bukankah terserah ?” Kibum memparkir motor.
“Baiklah.” Leeseul berjalan.
“Leeseul ah !” CUP ! satu kecupan didaratkan Kibum ke bibir Leeseul. Leeseul tak dapat menolak. Ia mencintai Kibum juga.
“Saranghae.” Kibum melepaskan kecupannya. Leeseul menatapnya lembut. Lalu memeluknya.
“Kau menerimaku ?” tanya Kibum masih memeluk Leeseul
“Yah. Tentu saja, aku kasihan melihat mukamu.”
“Hey ! Kau ini.” Leeseul masuk ke kedai, Kibum mengejarnya masuk.
The End
Thx for reading
BBU
고마워
No comments:
Post a Comment