Monday, September 13, 2010
The One I Love
“Maaf, tapi aku harus pergi…” Kibum menatap Leeseul serius.
“Tapi, mengapa ?” wanita itu menitikkan airmatanya pelan.
“Aku tak bisa mengatakannya. Biarkan aku pergi dan lupakan aku…” Kibum mengambil tas di sampingnya lalu beranjak. Leeseul terisak lalu mencoba mengejar Kibum.
“Ini tak adil ! Aku tak mau melupakanmu dan aku masih mencintaimu !” Ia meneriakkannya sepanjang ia berlari. Kibum menoleh ke belakang.
“Aku masih mencintaimu, Kim Ki Bum… aku masih mencintaimu !!!” Leeseul semakin tersedu.
“Maaf Leeseul ah, aku harus pergi… aku bukanlah orang yang tepat untukmu.” Lelaki itu melanjutkan langkahnya. Kali ini dipercepat, ia tak ingin Leeseul dapat mengejarnya. Namun, wanita itu semakin terus berlari, ia benar tak habis pikir apa yang membuat kekasihnya memilih meninggalkannya.
“Taksi !” ucap Kibum dari tepi jalan.
“Kibum, aku mohon… Jangan pergi…” Leeseul sudah tak sanggup berjalan lagi, ia terjatuh.
“Lupakanlah aku.” Kibum masuk ke dalam mobil kuning itu.
Ponsel Leeseul berdering tanda ada yang meneleponnya, tapi sekarang bukan saatnya untuk menerima panggilan. Ia membanting dan meninggalkan ponselnya lalu bangkit berdiri dan berjalan lemas ke depan. Pikirannya kacau, ia tak tahu apa yang harus dia lakukan. Sepanjang jalan semua memperhatikannya, menatapnya iba. Matanya sudah merah terlalu banyak mengeluarkan air mata. Kini ia benar merasa sendirian.
“Eonnie!” terdengar suara dari arah belakang, Leeseul tak punya hasrat untuk menoleh. Ia terus berjalan selagipun suara itu diarahkan padanya.
“Chaekamannaeyo !” kini sang pemilik suara berada di depannya. Ia adalah adik Kibum, Sae Hee.
“Sae Hee ah !” Leeseul memeluk Sae Hee.
“Apa yang terjadi ?” tanyanya cemas.
“Kibum, kibum…” Leeseul tak dapat berkata lagi, ia menangis tersedu kali ini.
“Oppa ? ada apa dengannya ? Bagaimana kalau eonnie ku antar pulang, ceritakan semuanya padaku disana.” Leeseul mengangguk lemah.
***
“Dia terus menyuruhku melupakannya… Aku tak mengerti, tapi akhirnya dia meninggalkanku…” Sae Hee menatap simpati pada kekasih kakaknya itu.
“Tapi, Oppa sama sekali tidak mengatakan apa-apa padaku.”
“Mungkin selama ini aku membebaninya. Aku terlalu buruk. Ini semua salahku.”
“Apa yang eonnie katakan ? Oppa sangat mencintaimu. Kau yang paling berharga baginya…”
“Sudahlah, Sae Hee. Tak perlu menghiburku.”
“Terserah padamu, eonnie. Yang aku tahu, Oppa sangat mencintaimu…”
“Pulanglah, aku sangat lelah sekarang. Terimakasih telah mendengarkanku.”
“Jagalah kesehatanmu, eonnie.” Sae Hee tersenyum lalu memeluk Leeseul lagi.
“Hati-hati”
Leeseul menatap kosong ke arah meja belajarnya, tepatnya foto dia dan Kibum yang terpampang disana. Mereka tampak bahagia dengan seragam biru dibadan. Terukir huruf K dan L di sudut foto.
PRANG !
Bingkai itu jatuh dengan sengaja, serpihan kaca berjatuhan ke lantai. Leeseul menyentuh selembar foto dari serpihan kaca yang diambil saat mereka merayakan dua tahun hari jadi mereka.
“Bodoh” ucapnya lirih sambil menepuk foto Kibum.
“Kau bilang kau tak pantas untukku ? Jadi hubungan kita selama lima tahun kau anggap apa ? Kau hanya mempermainkanku ?” Leeseul menghapus airmatanya yang tak henti mengalir. Hingga ia merobek foto itu menjadi serpihan kertas yang bercampur dengan kaca dan airmata. Ia menyapu semuanya lalu membakarnya ke taman belakang rumahnya.
“Aku akan melupakanmu.” Leeseul mengambil gunting yang dibawanya dari kamar, ia menggunting rambutnya dari sepunggung menjadi seleher.
“Aku juga akan melupakan pujian rambut indah untukku.”
Leeseul mengikutsertakan rambutnya ke dalam api. Lalu ia masuk ke kamarnya dan mencoba untuk tidur.
To Be Continued
Thx for reading
BBU
고마워 !
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment