
“Sesange ! apa yang terjadi dengan rambutmu ? Baju macam apa yang kau kenakan itu ?” ibu Leeseul kaget melihat rambut sepunggung anaknya kini menjadi seleher. Bajunya juga tanpa lengan dengan rok yang sangat pendek.
“Aku hanya ingin mengubah mode.” Leeseul mencoba santai sambil menyantap sarapan.
“Kau habis menangis ? Apa yang terjadi ?” Tanya ibunya lagi.
“Tak ada. Aku baik-baik saja. Aku berangkat ya, bu.” Leeseul mengambil tasnya dan berlari menuju pintu.
“Apa Kibum tak menjemputmu ?”
“Lupakanlah dia, aku tak ingin mendengar namanya !” seru Leeseul dari depan.
Berbeda dengan biasanya, Leeseul berangkat kuliah dengan bus. Ya, tak ada lagi mobil putih yang menjemputnya lagi.
“Leeseul ?” seorang lelaki menyapanya.
“Ya. Hey, Yesung !”
“Ada apa dengan rambutmu ?” tanyanya heran.
“Hahaha. Kerenkan ?”
“Ya, kau tampak lebih segar.” Tawa Yesung.
“Benarkah ? Terimakasih.”
“Aku baru kali ini melihatmu naik bus. Biasanya kan kau diantar.”
“Memangnya aku tidak boleh naik ya ?”
“Bukan begitu. Tapi aneh saja.”
“Lupakanlah…” ucap Leeseul menutup percakapan karena bus juga sudah sampai di tujuan mereka.
Seperti yang sudah ia duga, sepanjang berjalan semua orang yang mengenal Leeseul menatapnya heran. Tak sedikit yang berani mempertanyakannya seperti Yesung. Ia hanya tersenyum dan mengatakan hanya ingin mengubah gaya dan bosan. Saat dalam perjalanan menuju keluar kampus, ia berpapasan dengan Kibum. Pria itu tampak sangat kaget dengan penampilan baru mantan kekasihnya itu. Leeseul terus berjalan tanpa memperdulikannya, ia bahkan membuang mukanya.
Saat di depan kampus, ia singgah ke sebuah toko ponsel di sebelah untuk membeli pengganti ponselnya yang ia banting kemarin. Ia membeli sebuah ponsel yang simple dan memasukkan kartu yang tak ia ikutsertakan dalam insiden pembantingan, lalu membayarnya.
Ponselnya bergetar tanda ada pesan yang masuk.
Rambut yang indah . . .
Pesan dari Kibum. Awalnya Leeseul berniat membalasnya, kemudian diurungkannya karena ia sudah bertekad akan melupakan lelaki itu. Ia mencari tombol hapus, lalu menghapus nomor Kibum. Walaupun sebenarnya itu percuma karena bahkan ia sudah mengingat nomornya. Ia menatap layar putih itu, ia kembali meneteskan airmata. Ia merasa sangat payah karena kecengengannya. Ia tahu lelaki bukan hanya Kibum, tapi perjalanan cinta merekalah yang menyebabkan kesedihan ini pada Leeseul. Sekarang apalagi yang bisa ia lakukan selain menangis dan menangis.
Leeseul memilih untuk berkeliling dulu sebelum pulang ke rumahnya. Ia merasa perlu menenangkan dirinya dari masalah yang sedang ia hadapi. Ia tidak pernah lagi mengenal sesosok sahabat sejak bersama Kibum. Kibum adalah segalanya baginya, teman, sahabat, pacar bahkan sosok ayah juga melekat pada Kibum. Itu salah satu alasan mengapa Leeseul tak pernah mau membuka diri dengan orang lain selain Kibum. Kini Leeseul duduk di salah satu kursi di sebuah rumah makan. Ia hanya memesan teh dan duduk termenung.
“Hai, gadis manis…” segerombol lelaki mulai mendekati Leeseul, ia masih tak bergeming.
“Apa kau sendirian ?” tanya salah satu dari mereka.
“Lupakanlah lelaki itu, berjalan bersama kami. Kami akan membuatmu bahagia.” Seorang maju lagi dan mulai menyentuh tangan Leeseul. Entah karena terlalu depresi atau terlalu berani, ia tetap tak bergeming.
“Lepaskan tangan kotormu itu” ucap seseorang dibelakang, segerombol preman itu menoleh dengan penuh kekesalan.
“Apa maksudmu ?” para preman mulai mendekat ke arah lelaki yang tidak lain adalah Kibum.
“Kalian takkan bisa membuatnya bahagia.” Ucap Kibum memundurkan langkahnya.
“Jadi kau pikir kau bisa membuatku bahagia ?” Leeseul berdiri.
“Kebahagiaanmu bukan ada padaku. Aku hanya ingin melindungimu dari mereka.”
“Tampaknya aku tak membutuhkannya. Mungkin kebahagiaanku ada pada mereka.” Leeseul menunjuk segerombol preman itu.
“Kau sudah gila ?”
“Ya. Apa kau tak menyadari semua karena kau ?” Isak tangis itu kembali terdengar.
“Hey, apa yang kalian berdua lakukan ? Uruslah urusan kalian, kami tak ada waktu untuk menonton opera sabun ini.” Para preman itu lalu beranjak dari sana.
“Maaf, tapi aku benar-benar bukanlah yang terbaik untukmu. Segera lupakan aku dan kembali menjadi Leeseul yang ceria, kumohon. Aku bukanlah orang yang bisa membahagiakanmu dan menjagamu. Aku seorang yang amat sangat lemah.”
“Bisakah kau menghiburku dan berhenti mengucapkan kata maaf dan memintaku untuk melupakanmu dengan alasan yang bodoh itu ?” Leeseul meneteskan airmatanya lagi dan lagi.
“Aku tak bisa melakukannya. Selamat tinggal, Leeseul. Jadilah Teuk Leeseul yang tegar selama aku tak disampingmu.” Kibum berjalan semakin menjauh dari tempat Leeseul berdiri.

To Be Continued
Thx for reading
BBU
고마워 !
No comments:
Post a Comment