Di dalam mobil, keheningan terjadi. Donghae mencoba berkonsentrasi sambil menyetir walaupun terkadang ia tak dapat menahan hasrat untuk melihat si peri Hyeon Hee yang masih terisak kecil.
“Sudahlah, jangan menangis lagi. Hidup di bumi jauh lebih menyenangkan. Sebentar lagi akan kuperlihatkan padamu. Tapi, kau harus mengganti pakaianmu dulu. Ini terlihat aneh.” Donghae melirik badan Hyeon Hee.
“Ya! Ini pakaian kehormatan setiap peri!” seru Hyeon Hee keras.
“Tidak lagi sekarang, mulai sekarang kau adalah Lee Hyeon Hee bukan lagi seorang peri. Araseo?” Donghae menyembunyikan tawanya.
“Andwae” Hyeon Hee membuang mukanya.
“Aku tidak akan peduli. Lihat saja nanti siapa yang akan kalah.” Donghae memeletkan lidahnya pada Hyeon Hee.
Tak berapa lama, mobil berhenti di sebuah gedung tepatnya butik. Donghae membukakan pintu untuk Hyeon Hee. Seorang wanita datang menyambut.
“Donghae ah!”
“Ah, eomma! Bisakah kau pilihkan satu baju bagus untuk temanku?” Donghae memeluk ibunya.
“Apa benar dia temanmu?” wanita itu menatap Hyeon Hee yang terlihat kebingungan.
“Ayolah, jangan mempersulitku. Berikan dia baju terbaikmu.” Donghae melakukan wink pada wanita yang merupakan ibunya itu.
“Baiklah. Anakku. Siapa namanya?”
“Hyeon Hee. Lee Hyeon Hee”
“Panggillah dia kemari. Aku ingin mengetahui secantik apakah wanita pilihanmu”
“Omma, dia hanya teman!”
“Ya, baiklah terserah kau mau menyebutnya apa.” Donghae mendegus kesal lalu menarik Hyeon Hee ke depan ibunya.
“Hey, beri salam!” perintah Donghae.
“Anyeonghaseyo~” Hyeon Hee membungkukkan badannya.
“Ah, anyeonghaseyo. Cantik sekali, tidak salah Hae ah. Pilihanmu sudah cocok.” Ibu Donghae tersenyum meledek.
“Omma! Sudah kubilangkan…………”
“Sudahlah. Ini urusan perempuan. Duduklah diluar.” Hyeon Hee diajak masuk kedalam sebuah ruangan kecil. Donghae duduk diluar sambil membuka majalah fashion.
***
Donghae tampak tidur denga cukup nyenyak di sofa sambil duduk. Majalah yang dibacanya berceceran di lantai. Ia terlalu lelah menunggu.“Hae ah~” sebuah suara membangunkannya. Saat membuka mata, ia melihat sosok seorang wanita berambut panjang dengan sedikit ikal dibagian bawahnya, memakai gaun berwarna cream tersenyum padanya. Donghae tersentak kaget.
“Ya! Apa dia sudah menghipnotismu?” ledek ibunya sambil tertawa bersama Hyeon Hee.
“Omma, daebak!!” seru Donghae mencium pipi ibunya.
“Kau baru mengakuinya sekarang? Sudah banyak yang mengatakan hal itu padaku sebelum dirimu!”
“Ne~” jawab Donghae lemas diikuti tawa ibu dan anak itu.
“Lalu, kalian akan pergi bersama?”
“Tentu saja! Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan jalan bersama seorang gadis cantik.” Donghae mendelik kearah HyeonHee dibalas pelototan mata tanda menantang oleh sang peri.
“Baiklah, anakku. Sana pergi! Hyeon Hee ah, berhati-hatilah dengan dia.”
“Omma! Aku ini anakmu sendiri!!!” seru Donghae kesal akan kelakuan ibunya yang tak pernah berubah.
“Ah, ye ahjumma. Aku akan berhati-hati.” Timpal HyeonHee lalu membungkuk “Kamsahamnida!”
“HUH! Kalian ini bersekongkol ya? Sudahlah, aku pergi dulu ya!” Donghae memeluk ibunya lalu pergi keluar bersama Hyeon Hee.
Didalam mobil, keheningan sedikit hilang karena Donghae memutar musik hiphop. HyeonHee tampak cukup menikmatinya.
“Kita mau kemana?” Tanya HyeonHee tetap mengikuti ritme musik dengan hentakan kakinya.
“Hmm, melihat bintang.” Ucap Donghae sambil tersenyum.
“Huh! Aku kan juga bisa melihatnya di kehidupan periku.” Gerutunya
“Ini akan terasa berbeda.” Senyum lelaki itu lagi. Jantung HyeonHee perlahan berdegup kencang.
“Kita sudah sampai!” ucap Donghae. Mobilnya berhenti di sebuah taman kecil.
“Ya! Apa yang menyenangkan dari sini?!”
“Lihatlah ke atas.” Donghae mengajak HyeonHee berbaring diatas padang rumput.
“Yepuda~” Hyeon Hee kagum. Ini terlihat lebih indah beribu-ribu kali lipat dari pada yang pernah ia lihat di langit.
“Kau tahu? Berbaring di sini bisa membuat moodmu menjadi baik dengan cepat.”
“Ya, aku sudah merasakannya sekarang.” Hyeon Hee masih tidak melepaskan pandangannya pada langit. Ia terlalu bahagia, seperti lahir kembali.
“Donghae-ssi, gomawoyo.” Bisik Hyeon Hee. Ia masih merasa gengsi.
“Ne, Hyeon Hee-ssi. Tidak perlu sungkan.”
“Ya! Ini terdengar aneh! Terlalu formal!” mereka lalu tertawa.
“Aku pernah bercita-cita memberi anakku nama yang unik.” Tiba-tiba suasana kembali serius.
“Heh? Unik? Seperti apa?” Tanya Hyeon Hee penasaran.
“Haeyang. Kau tahu artinya? Ini berarti langit dan bumi.”
“Ya! Kau terlalu lucu. Anakmu akan merasa tidak senang mempunyai ayah sepertimu.” Ledek HyeonHee.
“Kurae? Ah, padahal aku kira nama itu akan sangat bagus, seperti mempunyai kesan natural.” Donghae menyipitkan matanya menatap HyeonHee.
“Natural? Aku bahkan tidak dapat merasakannya. Nama itu terdengar amat aneh.”
“Ya! Aku tak mau tahu. Untuk apa aku mendengar nasehat orang asing sepertimu? Aku akan tetap menamakan anakku Haeyang.”
“Aku tidak peduli!”
“Bagaimana jika itu menjadi nama anak kita?”
“YA! MICHEOSEO?” seru Hyeon Hee duduk lalu menggelitik Donghae, Donghaepun tak mau kalah dan ikut melakukannya
“YA!YA!YA! Auch!” kini pipi Hyeon Hee menempel di pipi Donghae karena terlalu banyak ertawa hingga lupa arah. HyeonHee merasakan kehangatan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya, setelah sadar, sesegera mungkin ia menarik kembali pipinya. Donghae menahannya.
“Bisakah kita tetap seperti ini selama lima belas menit saja?”
TO BE CONTINUED
Thx for reading!
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA DONGE~AAAHHHHHHH >__<
ReplyDeletekenapa cuma pipi yg ketemu. kenapa bukan yang laen (?)
adeekk, aku deg degan sendiri bacanya.
haeyang, come to mama sayang!
lanjut!!!!