CUP ! kecupan itu menyambarku begitu cepat saat aku sedang berjalan menuju kantin. Semua mata tertuju pada aku dan seorang wanita yang sama sekali tak kukenal. Mukaku memerah dan terbengong. Terdengar beberapa celetukan dari beberapa orang. Wanita itu akhirnya melepas bibirnya dari bibirku. Ia tersenyum sejenak menatapku lalu berlari menghilang.
“Hey, Donghae kau sudah dewasa ya sekarang !” Leeteuk menghampiriku yang masih setengah sadar.
“Siapa wanita itu ? boleh juga seleramu, Hae.” Kangin menambahkan.
“Aku tak mengenalnya.” Akhirnya aku membuka mulut.
“APA ?” kedua mata temanku itu hampir keluar mendengar pernyataanku tadi.
“Aneh, ada apa dengannya ?” aku lalu berbalik meninggalkan mereka yang masih bingung satu sama lain menuju ke kelas.
Seperti yang sudah kuduga di kelas semua memandangku sambil berbisik bahkan ada yang menatapku dari atas hingga bawah. Aku santai saja berjalan menuju bangku tempat dudukku untuk memikirkan siapa sebenarnya wanita itu dan apa maksudnya melakukan hal itu padaku. Aku harus menemuinya sepulang sekolah ini.
***
KRINGG !! semua murid di kelas bersorak, ini saat yang paling kami tunggu-tunggu disaat semua pelajaran berakhir. Mereka bahkan bisa melupakan kejadian yang tadi kualami ketika mendengar bel itu berdering.“Baiklah kita lanjutkan besok.” Guru berkumis tebal itu meninggalkan ruangan kelas.
Aku segera keluar dan mencari sosok wanita yang ehm… menciumku tadi.
“Hae ah!!!” aku menoleh ke belakang.
“Yep.”
“Kau mencari wanita itu ya ?” Kangin menghampiriku.
“Iya. Apa kau tahu dia ?”
“Namanya Kang Mye Jin. Setauku kelasnya di ujung koridor dekat toilet guru.” Ucap Kangin
“Hey, ternyata kau berguna juga. Kekekeke” aku menepuk pundak Kangin lalu berpamitan menuju ke ujung koridor sekolah.
Benar saja, wanita itu dengan santainya sedang duduk di depan kelas. Aku memberanikan diri melangkah.
“Kita perlu bicara.” Aku menarik tangannya lalu membawanya ke motorku. Ia menurut saja dan duduk di belakangku. Aku membawa motorku menuju sebuah taman kota. Ia turun dari motorku dan aku memarkirkannya sebentar.
“Oke, langsung saja. Apa maksud kejadian tadi ?” tanyaku langsung.
“Hey, mengapa kau begitu tergesa-gesa ? perkenalkan namaku Kang Mye Jin !” ia membungkuk.
“Baiklah, namaku Lee Donghae. Sekarang bisakah kau menjawab pertanyaanku tadi ?”
“hmm… aku…menyukaimu…” mukanya memerah lalu menunduk.
“MWO ?” aku terlonjak.
“Nah, aku sudah menjawab pertanyaanmu,kan ? sekarang kau harus mengantarku pulang !” ucapnya ceria (lagi). Bodohnya aku menurutinya dan membawa motorku sesuai dengan petunjuknya. Motorku berhenti di depan sebuah apartemen sederhana.
“Apa kau mau masuk ?” tanyanya.
“Tidak, terimakasih.” Aku menghidupkan mesin tanpa mengucapkan apa-apa sementara dia sibuk melambaikan tangannya.
Apa yang wanita itu sukai dari diriku ? Aku bahkan baru mengenalnya tadi. Bagaimana bisa dia menyukaiku padahal kelas kami bahkan berbeda begitu jauh, apalagi aku sangat jarang keluar kelas.
“Aku pulang~” ucapku lesu sambil melepas sepatu.
“Hyung, apa yang terjadi tadi padamu di sekolah ?” adikku Dong Hwa mengejutkanku.
“Kau melihatnya juga ?” ucapku
“Tentu saja, wanita itu teman sekelasku.”
“Heh ?” untuk kesekian kalinya hari ini aku terlonjak kaget.
“Mengapa kau terlihat sangat santai, hyung ? Apa kau sudah berpacaran dengannya? ” Donghwa mendelik.
“Apa maksudmu ? Jaga mulutmu. Aku bahkan baru mengenalnya tadi.”
“Dia itu hanya berteman dengan si gendut Hye Mi. Kau perlu berhati-hati terhadapnya.” Kali ini omongan adikku itu mulai serius.
“Memangnya dia berbuat apa sampai dijauhi ?”
“Beberapa orang pernah melihatnya berjalan bersama ahjussi yang berbeda-beda. Gosipnya dia adalah wanita panggilan.” Hampir saja aku memuntahkan minuman yang baru kuminum.
“Kenapa dia terlihat biasa saja dimataku tadi ?” ucapku masih tidak percaya.
“Ntahlah. Tapi sebaiknya hyung cepat-cepat memutuskan hubungan dengannya atau mungkin banyak yang menganggapmu yang tidak-tidak.”
“Hahaha, mengapa kau jadi serius begitu, bodoh !” ucapku menepuk kepala Donghwa.
“Terserahmu, hyung. Semua ini tergantung pada keputusanmu. Apa jangan-jangan kau sudah menyukainya, hyung ?” tuduh Donghwa.
“Hey ! jangan bicara sesukamu saja padaku !” aku beranjak menuju kamarku.
“Jangan sampai kau dijadikan pelampiasan saja !”
***
Esok pagi aku menceritakan semua pada Leeteuk dan Kangin di kantin. Mereka tertawa keras.“Terima saja ! Jarang ada wanita secantik itu yang mau denganmu, Hae ! kekekeke~” Kangin berargumen.
“Hmm.. mungkin kau perlu mendengar apa kata adikmu.” Ucap Leeteuk dengan muka sok serius yang membuatku ingin tertawa.
“Tapi semua keputusan ada di tanganmu, Hae!” kali ini Kangin yang bertingkah bijak. Entah kenapa aku bisa berteman baik dengan mereka berdua. Padahal mereka berdua begitu gila.
“Hey apa yang kau lakukan di sini ? ini bukan tempat untukmu, wanita panggilan !” terdengar caci maki dari samping.
“Hae, bukankah itu wanitamu ?” ucap Kangin.
Memang dia, Kang Mye Jin. Makanannnya dijatuhkan segerombol wanita itu. Ia didorong dari kursi dan ditampar.
“Kurasa dia memang wanita seperti yang diceritakan adikmu.” Ucap Leeteuk.
“Ia menangis…” ucap Kangin menambahi.
“Apa benar ? mengapa aku masih nggak yakin ?” tiba-tiba ia menoleh dan menatapku. Lalu aku membalikkan badan dan meneruskan makanku.
***
“Aku rasa ada baiknya kita menjadi teman saja dan melupakan kejadian kemarin.” Kami kembali bertemu.“Benarkah ?! kau mau menjadi temanku ? Betapa senangnya !” ia tampak senang.
“Maaf…”
“Apa yang perlu dimaafkan ? aku malah senang kau mau menjadi temanku. Mungkin terlalu cepat kalau kita langsung pacaran.”
“Aku takut kau memanfaatkanku sama seperti para ahjussi itu.” Tiba-tiba aku mengucapkannya.
Plak !
“Apa yang kau lakukan ?” aku mulai emosi dan mengepalkan tanganku ke arahnya
“Pukullah aku jika memang itu akan membuatmu percaya bahwa aku bukanlah wanita murahan seperti yang mereka semua bilang.” Aku menurunkan tanganku dan mengatur napas.
“Kau menyebut ini sebagai awal dari pertemanan ? akan lebih baik jika kau mengatakan dari awal bahwa kau membenciku. Ternyata kau sama saja seperti yang lainnya.” Ia tersenyum sinis lalu berlari meninggalkanku.
Aku duduk di sebuah kursi disana, mengatur napas dan hmmm merasa bersalah. Mungkin aku salah menyangkanya langsung begitu. Tapi inilah aku, aku tak suka berbasa-basi. Kini aku sudah melukainya, dan jika mengejarnya juga bukanlah ide yang bagus.
“Kau, LELAKI BODOH disana !!!” teriakan itu sepertinya ditujukan untukku. Bukannya merasa bodoh, tapi sepertinya di sini hanya ada aku seorang.
“Siapa kau sembarangan menyebutku bodoh !” aku menoleh, seorang wanita bertubuh subur menghampiriku dengan muka sangar.
“APA YANG KAU LAKUKAN TERHADAP MYE JIN ?” aku rasa ini adalah Hye Mi yang diceritakan adikku.
“Heh ?”
“TAK USAH BERPURA-PURA KAGET ! KAU HARUS BERTANGGUNG JAWAB, DIA MEMUTUSKAN UNTUK PINDAH SEKOLAH SEKARANG !!!!”
“Apa ?” aku masih bingung.
“Kaulah yang membuatnya bertahan sekolah di sini hingga sekarang. Kaulah yang membuatnya melupakan segala rasa sakit yang dialaminya karena wanita tak berotak itu. Tapi kau malah menuduhnya dengan ahjussi ? ahjussi itu adalah abangnya ! Buletin sekolah bodoh malah memuatnya dan mereka mengira Mye Jin adalah wanita panggilan. Tetapi sejak melihatmu berjalan terus dan mengacuhkan para penjual bulletin ia terhibur. Ia merasa kau menganggapnya berbeda. Tapi, ah, kau memang lelaki bodoh !”
“Jadi…”
“Jadi apa ? Kejarlah dia sebelum kertas pengunduran dirinya sampai ke meja Kepala Sekolah !!!”
Aku segera berlari, aku berlari menuju ruang kepala sekolah aku tak peduli berapa orang yang kutabrak, berapa orang yang mencacimakiku. Aku hanya ingin menghentikan seorang wanita yang sama sekali tidak berdosa untuk meninggalkan aku.
“JANGAN BODOH !” napasku masih belum stabil, Mye Jin menoleh dengan mata yang masih merah. Aku memeluknya erat.
“Maafkan aku membuatmu terluka. Aku akan membuatmu merasa aman, aku akan melindungimu dari mereka yang tak tahu apa-apa, aku akan membalas cintamu dengan sepenuh hati.”
Ia melepaskan pelukan. Lalu mendekat ke mukaku.
“Eits, kali ini biar aku yang menciummu.” Ucapku nakal.
“Baiklah.” Suara Mye Jin masih terdengar serak.
Ia menjinjit kakinya lalu kami berciuman untuk kedua kalinya. Tanpa adanya kebingungan dan kami melakukannya dengan tulus.
The End
Thx for reading
BBU
고마워!
No comments:
Post a Comment