Okay let's start. 1,2,3.......... go !
“Hae Yang ah, kau belum tidur ?” Donghae melihat anak perempuannya masih membuka matanya yang indah.
“Ne. aku tidak bisa tidur, bacakan aku sebuah cerita !” kata gadis mungil itu saat Donghae duduk disebelahnya.
“Hmm, baiklah. Tapi sehabis appa membacanya kau harus tidur ya.” Senyum lebar terpancar dari bibir dengan hiasan kumis tipis.
“Ya, aku mau cerita tentang o-ma.” Hening, senyum Donghae seketika berubah.
“Haruskah cerita o-ma ? Bagaimana dengan Cinderella atau sesuatu yang lucu. Appa janji pasti kali ini tidak akan membuatmu kecewa.”
“Andwae, aku mau cerita tentang o-ma !”
“Hae Yang kangen pada o-ma, ya ? Appa juga.” Donghae melihat kea rah luar jendela.
“Appa, o-ma dimana ? kenapa tidak pernah kembali ?”
“O-ma di sana, dia sedang mengawasi kita. Mungkin dia akan lama kembali.” Donghae menunjuk langit hitam dengan bintang-bintang kecil.
“Mengapa lama ? Aku tidak mengerti, apa disana begitu menyenangkan ? Di sana ada banyak permen dan coklat, ya ? O-ma tidak boleh lama-lama di sana. Nanti giginya sakit.” Donghae menitikkan air matanya karena kepolosan gadis kecil buah pernikahannya dengan Hyeon Hee.
***
“Langit dan bumi adalah dua dunia yang berbeda, tetapi hari ini aku akan memberikan izin pada kalian untuk turun ke bumi dan mengambil beberapa hasil alam yang bisa kita gunakan di langit. Ambil secukupnya dan segera kembali bersama-sama. Aku akan menghitung jumlah kalian terlebih dahulu.” Seorang wanita paruh baya dengan pakaian hanbok menghitung barisan para peri.“98,99,100… Baik, kalian berjumlah 100 orang dan kalian harus kembali bersama-sama ! Arraseo?”
“Ne, Arasseo !” para gerombolan peri itu lalu turun ke langit dengan awan-awan terbang yang tiba.
“Hyeon Hee ah, kau yakin akan ke bumi dengan keadaan seperti ini ?” Riseul melihat kaki Hyeon Hee yang masih bengkak karena pukulan kepala peri padanya. Semalam, Hyeon Hee malah tertidur di saat kepala peri sedang menjelaskan beberapa peraturan baru kerajaan langit.
“Ne. Aku akan buktikan pada si tua itu kalau pukulannya tidak lebih dari sengatan semut hitam!”
“Kau ini ! bisakah lupakan sifat gengsimu itu ? AISH !” Riseul menggelengkan kepalanya lalu maju ke depan antrian.
“SEMUA SUDAH SIAP ?” tanya salah satu keamanan kerajaan langit pada awan-awan yang telah dinaiki para peri.
“NE !!” suara itu seraya hilang dengan dijalankannya awan-awan ke bawah, tepatnya ke bumi.
Tak memakan waktu perjalanan yang lama, awan-awan itu turun disebuah hutan belantara. Para peri lalu turun dari awan dan menyimpannya ditempat teraman menurut mereka.
“Aku akan menyimpannya di dalam rokku. Kita bertemu dua jam lagi di sini.” Jelas Riseul yang merupakan teman satu awan dengan Hyeon Hee.
“Ya.” Hyeon Hee mengangkat roknya lalu berjalan dengan pincang sambil menahan sakit dikakinya. Ia mulai memetik beberapa buah yang tumbuh dan jatuh ke tanah.
“Hey ! AWAS !!!” terdengar seorang pria berteriak ke arahnya. PLETAK ! bola itu tepat mengenai kepala Hyeon Hee. Lelaki yang melempar bola itu lalu mendekati Hyeon Hee bersama temannya, Eunhyuk.
“Hey, hey !!” Donghae menggoyangkan tubuh Hyeon Hee yang sedang terbaring dengan kepala membiru. Bagaimana tidak, bola itu adalah bola voli yang sedang dimainkan oleh Donghae dan Eunhyuk.
“Donghae ah, bukankah dia aneh ? Dia ke hutan dengan pakaian pesta.”
“Nanti sajalah kita pikirkan itu. Sekarang, bantu aku bawa dia ke mobil. Kita harus bertanggung jawab.” Seketika itu pula Donghae dan Eunhyuk menggotong Hyeon Hee ke sebuah jeep biru tua. Tak berapa lama, mobilpun berjalan ke arah kota.
***
“Riseul ah, kemana Hyeon Hee ? ini sudah lewat dari tiga jam kami menunggu. Kita bisa dimarahi kepala peri !!!” protes salah satu peri yang sudah siap sedia di awannya.“Hm, mollayo. Tadi aku sudah memberitahunya, mungkin kakinya sedang sakit di tengah perjalanan ke sini…”
“Sudahlah, tinggalkan saja dia. Dia selalu membuat masalah di kerajaan kita.” Seru yang lain ditimpali sorakan setuju peri yang kesal.
“Tapi, kakinya…” Riseul masih tidak tega meninggalkan sahabatnya itu.
“Terserah padamu, aku dan lainnya akan kembali.” Awan-awan itupun terbang ke atas meninggalkan Riseul sendiri di hutan yang sudah mulai gelap. Ingin rasanya dia kembali mencari Hyeon Hee, tapi langit sudah begitu gelap. Ia tak ingin kepala peri murka.
“Mianhaeyo, Hyeon Hee ah…” Riseul meninggalkan hutan itu tetapi dia meninggalkan sapu tangan di tanah tempat tadi mereka turun dari langit.
***
Sementara di bumi, Donghae menidurkan Hyeon Hee di tempat tidurnya yang sangat berantakan. Eunhyuk berada di kamar sebelah untuk mandi. Donghae mencoba membuka sepatu Hyeon Hee. Ia sedikit kaget melihat bengkak yang ada pada kaki Hyeon Hee. Donghae lalu mengambil perban dan obat dari laci kamarnya. Ia membersihkan daerah kaki Hyeon Hee dengan alcohol lalu mengoleskan obat. Sambil meniup-niup luka, dengan pelan ia membalutnya dengan perban.“Mmm” Hyeon Hee menggerakkan badannya.
“Anyeonghasseyo.” Donghae mencoba ramah saat Hyeon Hee membuka mata.
“AAAAAAAA… NUGUSEYO ?” sayang sekali, Hyeon Hee yang belum pernah bertemu lelaki selain keamanan kerajaan yang mukanya tidak karuan kaget melihat Donghae.
“Sssstt.. aku tidak bermaksud jahat padamu. Aku Donghae, Lee Donghae. Orang yang melemparmu dengan..” Donghae membuat gerakan tangan membentuk bola.
“Lalu, di…di…dimana aku ?” Hyeon Hee masih menekuk lututnya ketakutan.
“Kau, di rumahku sekarang.” Donghae mencoba melangkah maju.
“Andwae ! jangan dekati aku !” Hyeon Hee berteriak lagi.
“Ah, okay.. tapi jangan berteriak..”
“OH ! JAM BERAPA SEKARANG ?” kepanikan menyerah Hyeon Hee.
“Jam sepuluh.”
“Malam ?”
“Ya.”
“ANTAR AKU KE HUTAN TADI, SEKARANG JUGA !!” Hyeon Hee melanggar janjinya, dia masih berteriak.
“Ne ?” Donghae masih bingung dengan permintaan yang baru saja didengarnya.
“ANTAR AKU KEHU..MMPPHHHHHH” Eunhyuk menutup mulut Hyeon Hee.
“Sebaiknya kita kembali, dia akan membuat kita diusir jika dibiarkan.” Eunhyuk masih memakai pajama-nya.
“Oh, Okay.” Donghae mengambil kunci mobil yang baru beberapa menit yang lalu ia letakkan disana. Mereka keluar dan kembali ke jeep biru tua.
“AWW !” Eunhyuk melepaskan tangannya setelah Hyeon Hee menggigit telapak tangannya.
“Boleh kami tahu siapa kau sebenarnya ?” Donghae masih memandang jalanan.
“TIDAK !”
“Hm, apa sesuatu terjadi padamu sebelumnya ? kakimu…” Donghae masih mencoba sabar sambil menghela napasnya. Hyeon Hee menarik roknya dan ternyata kakinya sudah diperban rapi.
“Kau melakukannya ? Kamsahamnida, mm… Dong…Dong…ah, Donghae ssi.”
“Ne. Sekarang sudah bisa jelaskan padaku dari mana asalmu ?”
“Kalian tidak akan percaya dengan apa yang akan aku katakan.”
“Hah ? maksudmu ?” kali ini Eunhyuk menanyakan rasa penasarannya, setelah ‘gigitan’ ditangannya mulai membaik.
“Kalian janji akan percaya dengan cerita ini ?”
“Ya, kalau kau jujur. Dan kalau masuk akal.” Jawab Eunhyuk.
“Namaku Hyeon Hee. Aku salah satu peri di Kerajaan Langit.”
“Pffftttt..” Eunhyuk menutupi mulutnya menahan tawa.
“Sudah kubilang kalian pasti akan menganggapku pembual dan menertawakanku.”
“Lalu untuk apa kita kembali ke hutan ?” Donghae melihat kea rah Hyeon Hee.
“Harusnya aku sudah kembali ke kerajaan. Aku ke bumi hanya untuk mengambil hasil alam saja. Dan aku harus kembali ke sana untuk pulang.”
“Yakin mereka masih di sana ?”
“Entahlah…” suara Hyeon Hee mulai bergetar.
“Hey, ada apa denganmu ? Mengapa menangis ?” Donghae terlihat panik.
“Aku… aku takut mereka meninggalkanku dan……” Hyeon Hee menutup mukanya lalu menangis tersedu.
“Jika mereka teman yang baik, mereka tidak akan meninggalkanmu.” Hibur Eunhyuk.
“Aku takut tidak bisa pulang… mereka bisa saja meninggalkanku karena takut kepala peri murka.” Hyeon Hee masih terisak. Donghae mempercepat mobilnya.
“Dimana ?” tanya Donghae saat sudah sampai di tempat Hyeon Hee pingsan.
“Aku rasa disini.” Hyeon Hee berjalan menuju tempat awalnya mendarat diikuti Eunhyuk dan Donghae.
“Kau yakin ? Tidak ada orang di sini.” Ucap Eunhyuk menghangatkan badannya dengan menggesekkan kedua telapak tangannya seperti gerakan sorry sorry.
“Mereka…. mereka… mereka meninggalkanku…” Hyeon Hee berlutut dan menangis sambil memegang sapu tangan peninggalan Riseul.
“Aku… aku tidak bisa pulang…” lanjut Hyeon Hee diiringi tangisannya.
“Kami akan membantumu. Bagaimanapun, kami merupakan satu-satunya penyebab kau ditinggalkan oleh teman-temanmu. Kau bisa tinggal bersama kami untuk sementara.” Donghae duduk disebelah Hyeon Hee.
“Kami dilarang berinteraksi dengan makhluk bumi.”
“Mwo ? Peraturan macam apa itu ?” cibir Eunhyuk.
“Kalian tinggalkan saja aku disini. Besok keamanan kerajaan akan datang membawaku kembali.” Hyeon Hee mencoba tersenyum.
“Hah ? tidak mungkin. Jangan mengada-ada ! Ini hutan, makhluk apapun bisa muncul dan mencelakaimu !” ucap Donghae sambil melotot.
“Kami akan menemanimu disini.” Lanjutnya.
“MWO ? KAU SUDAH GILA, LEE DONGHAE ?” Eunhyuk yang penakut memukul kepala Donghae keras.
“Jadi maksudmu kita meninggalkan dia sendirian di sini ? kalau kau mau pulang, pulang saja. biar aku yang menemaninya.”
“Ye ? baiklah, aku akan tinggal juga.” Eunhyuk menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menggerutu.
“Kamsahamnida, Lee Donghae ssi, Eunhyuk ssi.” Hyeon Hee tersenyum tulus pada mereka. Jantung Donghae berdegup kencang hingga di dengar Eunhyuk.
“Ingat tidak yang baru dikatakannya ? Dia tidak boleh berinteraksi dengan makhluk bumi. Berinteraksi saja sudah tidak boleh apalagi berpacaran !” goda Eunhyuk, berbisik.
“Mwo ya ? apa yang sedang kau katakan ?” bantah Donghae tetapi dengan muka yang merah.
“Sudahlah, dia memang cantik kok. Sayangnya dia bukan jodoh yang tepat untukmu. Kekeke”
“Kau mulai tidak waras, ya ?” kali ini giliran Donghae yang memukul kepala Eunhyuk.
“Hem, Hyeon Hee ah… sapu tangan itu, apa maksudnya ?” Donghae mencoba mengalihkan topic.
“Ah, ini dari temanku Riseul. Mungkin dia mau memberikan aku tanda dimana perhentian tadi.”
“Ohh, apa benda itu tidak bisa membawamu kembali ?” tanya Donghae
“Hm, kurasa tidak… Ini hanya sapu tangan biasa.” Hyeon Hee membolak balik sapu tangan itu. Tiba-tiba, angin mulai bertiup kencang. Sinar putih menutupi pandangan mereka bertiga.
“Kepala peri !” Hyeon Hee mencoba berdiri untuk melakukan hormat.
“TIDAK USAH MEMBERIKAN HORMAT PADAKU !” kepala peri tampak sangat murka.
“Maafkan aku kepala peri, aku…”
“SUDAH ! KAU MEMANG PEMBUAT MASALAH DI KERAJAAN. DAN AKU SUDAH PUTUSKAN UNTUK TIDAK MENERIMAMU LAGI DI KERAJAAN.” Seketika itu Hyeon Hee berlutut.
“Jangan. Kumohon kepala peri, bukan maksudku untuk melanggarnya…” Hyeon Hee menangis.
“Akulah yang membuatnya jadi begini.” Donghae maju ke arah kepala peri.
“Siapa kau ? Makhluk bumi ? Pergilah, ini urusan kerajaan langit, tak ada hubungannya denganmu.”
“Saat dia sedang melakukan tugas memetik buah, bola yang kumainkan mengenai kepalanya, dia pingsan lalu aku membawanya ke rumah.” Donghae mencoba menjelaskan dengan tenang.
“JADI KAU SUDAH BERINTERAKSI DENGAN MAKHLUK BUMI ? BAIKLAH, KEPUTUSANKU SUDAH BULAT. TINGGALLAH DI BUMI DAN JANGAN PERNAH BERHARAP AKU AKAN MEMBAWAMU KEMBALI KE LANGIT !!”
“TIDAK!!! KEPALA PERI~~~” terlambat, awan-awan itu sudah menghilang ke langit.
“Hyeon Hee ah, maafkan aku…”
“Sudahlah, sekarang tinggalkan aku sendiri. Makhluk bumi memang jahat.” Suara Hyeon Hee bergetar. Donghae dan Eunhyuk diam, mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan.
“Bagaimana kalau kau ikut kami pulang.” Eunhyuk memulai pembicaraan setelah sekitar setengah jam melihat Hyeon Hee menangis.
“Tidak… pergilah, lagipula sebentar lagi aku akan musnah. Tidak ada gunanya kalian menungguku disini.”
“Musnah ? maksudmu ?” rasa penasaran Eunhyuk kembali muncul. Pertanyaannya tidak dijawab oleh Hyeon Hee. Dia masih tersedu, Eunhyuk memberikan kode pada Donghae agar meninggalkannya saja daripada menunggu seperti ini. Donghae menolaknya dan menyuruh Eunhyuk pulang saja sendiri. Herannya, kali ini Eunhyuk benar-benar meninggalkan sahabatnya dan Hyeon Hee.
“Jaga dirimu, jika ada apa-apa segera hubungi aku.” bisik Eunhyuk. Donghae duduk sambil menatap Hyeon Hee di depannya.
“Butuh sandaran ?” tanya Donghae kemudian. Hyeon Hee tidak menjawab, wanita itu masih terisak.
“Mungkin aku bisa membantumu kalau kau memberitahuku masalah kematian yang tadi sempat kau bicarakan.” Bujuk Donghae lagi, kali ini dy sudah duduk di sebelah Hyeon Hee.
“Setiap peri…. hanya bisa bertahan hidup di bumi selama dua tahun.” Bujukan Donghae berhasil membuat Hyeon Hee bercerita.
“Jadi maksudmu, dua tahun lagi kau akan mati ?”
“Bukan mati, tapi musnah. Aku bukan makhluk seperti kalian yang bisa dikubur. Kami hanya akan musnah.”
“Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk menghalangi itu ?”
“Kembali ke kerajaan langit.”
“Hanya itu ?”
“Ya.”
“Pulanglah denganku. Kau masih punya waktu dua tahun untuk bersenang-senang,kan ?” Donghae mengulurkan tangannya. Hyeon Hee menatapnya bingung.
“Apa pantangan itu masih berlaku juga ?” tanya Donghae mengulurkan tangannya lebih panjang.
“Ayolah, kehidupan bumi jauh lebih menyenangkan daripada kehidupan peri-mu. Percayalah !” Donghae melakukan ‘wink’. Lalu dia menggandeng Hyeon Hee.
“Mana temanmu ?” tanya Hyeon Hee bangun dari duduknya, tangannya masih menggandeng Donghae. Pipinya memerah, sangat merah.
“Lupakan saja.” Donghae membuka pintu Jeep-nya untuk Hyeon Hee lalu men-starter mobilnya.
***
To Be Continued
Thx for reading
BBU
고마워!
No comments:
Post a Comment