“Lee Hyeon Hee…” terdengar suara wanita tua dari kejauhan.
“Nuguseyo?” ucap Hyeon Hee celingak-celinguk mencari sumber suara.
“Tampaknya kau sangat menikmati hidup di bumi.” Seru suara itu.
“Kepala peri?”
“Lancangnya kau, Lee Hyeon Hee!” tiba-tiba terdengar suara petir menggelegar, Hyeon Hee menutup kedua telinganya.
“Hentikan! Apa yang sedang Anda lakukan?” Donghae, lelaki itu mendekati Hyeon Hee.
“Ah, pahlawan kita sudah datang rupanya. Jangan salahkan aku jika kau juga akan
kumusnahkan.”
“Apa yang kau inginkan? Bukankah Hyeon Hee sudah meninggalkan langit? Bukankah dia akan menerima konsekuensi nantinya?”
“Tidak semudah itu, makhluk bumi bodoh! Apa kau pikir aku tidak tahu bahwa dia begitu senang dengan kehidupan buminya. Apa itu bisa dinamakan konsekuensi? Dia bahkan sudah jatuh cinta padamu! Sesuai dengan peraturan, dia patut dimusnahkan secepat mungkin” Kepala peri mengarahkan tongkatnya pada Hyeon Hee.
“Mianhae…” sebuah sinar menuju ke arah Hyeon Hee. Donghae berlari dan menghalangi sinar itu.
“ANDWAE!!!” teriak Hyeon Hee sambil terisak. Terlambat, sinar itu telah merubah Donghae
menjadi permata kecil berwarna biru.
“Hey! Ada apa denganmu? Hey!” Hyeon Hee merasa ada yang menggoyangkan badannya.
“Eh?” Hyeon Hee mengerjap-ngerjapkan matanya.
“Tidur saja begitu menyusahkan, apa semua peri berkelakuan sepertimu?” Tanya Donghae lalu menempeleng Hyeon Hee.
“Jadi, hanya mimpi?” batin Hyeon Hee lalu tersenyum. Ya, ia memang sudah jatuh cinta pada Donghae.
“Makanlah yang banyak. Lihat badanmu yang kurus kerempeng itu. Aku merasa seperti memeluk kertas kemarin malam.” Ucap Donghae sambil menahan tawa.
“YA! Kau kira badanmu begitu bagus? Ototmu itu seperti batu! Sama sekali tak empuk!” balas Hyeon Hee sambil mengambil sumpit
“Ah sudahlah, berdebat denganmu benar-benar ide yang buruk. Ini, makanlah yang banyak.” Donghae mengambilkan beberapa sayuran dan daging untuk Hyeon Hee.
“Hm, hari ini aku punya beberapa pekerjaan di kantor, jadi mungkin kau akan berada dirumah seharian. Ini ada beberapa nomor telepon makanan pesan antar dan uangnya ada di bawah tempat tidurku. Teleponlah jika kau lapar, mungkin aku akan pulang larut.” Lanjut Donghae sambil mengunyah roti di mulutnya.
“Baiklah.” Muka Hyeon Hee berubah cemberut.
“Hanya hari ini, bersabarlah hari ini. Lagipula rumahku tidak terlalu membosankan, kau bisa bermain game di kamarku, kan? Atau perlukah aku memanggil ibuku untuk menemanimu?”
“Tidak perlu, aku bisa jaga diri kok. Sudah sana bekerja! Nanti kau tidak bisa membelikan aku barang-barang mahal lagi.” Hyeon Hee segera mendorong Donghae ke pintu.
“Hey! Aku belum siap sarapan!” dengan cepat Donghae mengambil gelas susu dan meneguknya.
“Pergilah. Daag!” BLAM! Pintu ditutup, Hyeon Hee kembali ke meja makan. Ia tersenyum kecil. Ada sedikit rasa menyesal mengapa dulu ia memilih menjadi peri jika ia tahu bahwa kehidupan bumi begitu menyenangkan. Bisa bertemu dengan lelaki baik seperti Donghae, mempunyai tempat tinggal yang nyaman, dan bisa mengganti baju yang bagus setiap saat. Ia juga tidak perlu menaati peraturan-peraturan bodoh itu.
“Hyeon Hee!” tiba-tiba terdengar bisikan kecil dari atap. Hyeon Hee panik, takut kalau-kalau itu adalah kepala peri seperti dalam mimpinya. Ia melihat ke atas.
“RISEUL!” ia kaget, lalu membantu sahabatnya itu mendarat dari atap.
“Bagaimana bisa kau keluar?” Tanya Hyeon Hee masih bingung dan kaget.
“Aku menggunakan caramu dulu, hihihi.” Kikik Riseul kecil.
“Ada apa? Sesuatu terjadi di sana?”
“Mereka semua iri padamu, bahkan mereka sempat berniat untuk meninggalkan khayangan bersama-sama!”
“HA? Yang benar saja?!”
“Untungnya kepala peri memergoki mereka dan menghukum mereka di penjara selama beberapa hari. Kau menjadi terkenal belakangan ini. Kepala peri benar-benar murka, dia juga mendengar berita kau sudah menjalin hubungan dengan makhluk bumi.” Lanjut Riseul lagi
“Semalam aku bermimpi ia berniat memusnahkanku, aku takut.” Hyeon Hee mulai menitikkan air matanya.
“Kepala peri sempat berpikiran untuk membawamu kembali ke khayangan, membiarkanmu di bumi justru malah membuatmu bahagia dengan lelaki bumi itu.”
“Jika memang itu keputusannya, aku akan menurutinya.” Tunduk Hyeon Hee.
“Kau yakin? Bagaimana dengan lelaki itu?”
“Mau bagaimana lagi? Lagipula kalaupun aku tetap di bumi, cepat atau lambat aku juga akan musnah. Dia juga akan kehilangan aku kan?”
“Uljima…” Riseul memeluk Hyeon Hee.
“Oh ya, aku tidak bisa lama-lama. Aku takut mereka menyadari aku tidak ada di barisan. Aku pergi dulu ya. Jaga dirimu” Riseul memeluk Hyeon Hee sekali lagi lalu terbang, kali ini ia melewati jendela.
Hyeon Hee terdiam sejenak, kini ia sangat bingung. Ia tidak mau meninggalkan Donghae, disisi lain dia juga ingin kembali menjadi peri agar tidak dimusnahkan.
Ding dong…
Hyeon Hee berlari menuju ke alat deteksi di samping pintu, tampak bingung dengan seorang wanita muda menunggu dengan senyum merekah.
“Nuguseyo?” Tanya Hyeon Hee mendekatkan bibir ke alat tadi.
“Aku Kim Yejin, aku kesini mencari Lee Donghae.”
“Oh, dia baru saja pergi bekerja.”
“Bisakah kau bukakan terlebih dahulu pintunya?” wanita itu mulai meninggikan suaranya.
“Ah, maaf” Hyeon Hee membuka pintu.
“Apa kau pembantu baru disini? Bawakan ini ke dapur. Kau bahkan tidak memanggil majikanmu dengan ucapan yang sopan.” Yejin memberikan barang belanjaannya kepada Hyeon Hee. Dengan muka ketus, Hyeon Hee mengikuti perintah Yejin.
“Hmm, tidak banyak berubah. Kapan tuanmu akan pulang?”
“Maaf, pertama aku bukanlah pembantu Lee Donghae. Kedua, siapa kau? Untuk apa datang kemari, Donghae tidak bilang akan ada orang kemari.”
“Sebelum kau bertanya siapa aku, aku akan terlebih dahulu bertanya padamu?”
“Hyeon Hee”
“Ya, Hyeon Hee-ssi. Aku adalah hmm mungkin calon kekasih Lee Donghae. Kami berteman cukup lama, walaupun sudah lama tinggal di Jepang, aku merasa Donghae tetap yang terbaik. Jadi, yah aku kembali untuknya. Dan, kau?”
“Aku? Semalam adalah hari jadiku dengan calon kekasihmu” dapat dilihat tatapan matanya yang tajam kearah Yejin.
“Mwo? Kau terlalu lucu gadis kecil. Aku tak semudah itu kau tipu.” Yejin tertawa kecil sambil melirik Hyeon Hee.
“Bukankah aku yang seharusnya mengatakan itu padamu. Jika kau tidak percaya, kau bisa tanyakan langsung padanya.”
“Baik.” Yejin mengambil ponselnya, menekan dengan cepat dan mengaktifkan loudspeaker. Terdengar nada dering ponsel.
“Yobuseo” terdengar suara wanita. Ini membuat keduanya terkejut.
“Ah! Omoni, anyeonghaseyo” Yejin menyadari itu adalah suara ibu Donghae.
“Maaf, siapa ini?” suara serak terdengar tidak menerima keceriaan sapaan Yejin.
“Aku Yejin. Apa Donghae disana?”
“Yejin ah………” suara wanita separuh baya itu berubah semakin lirih. Tampaknya Yejin tidak berbohong bahwa ia mengenal Donghae.
“Ye, omoni? Waeguraeyo? Sesuatu yang buruk terjadi?”
“Aku sedang di rumah sakit sekarang…….”
To Be Continued
Thx for reading
고마워!